Sudut Pandang : Tentang Kasih Sayang Sesama Makhluk Hidup
Ditulis Oleh : Fatihatun Puti Sabrina
"The greatness of a nation and its moral progress can be judged by the way its animals are treated." (Mahadma Gandhi)
Mahadma Gandhi, seorang politisi, aktivis, sekaligus penulis, menyatakan bahwa kualitas moral suatu bangsa dapat dinilai dari bagaimana hewan-hewan di sana diperlakukan. Semua hewan merasakan apa yang manusia rasakan, mereka merasa sedih, sakit, takut, frustasi, sama seperti kita manusia. Akan tetapi, banyak di antara kita yang masih menganggap 'justice' hanya berlaku untuk sesama manusia, padahal bila kita benar-benar menggunakan hati kita untuk berempati, kita bisa melihat, merasakan, dan mendengar, bahwa mereka sama seperti, mereka layak diperlakukan dengan baik.
Pembahasan kali ini merupakan topik yang sejak lama ingin saya tuliskan. Perihal kasih sayang ke semua makhluk hidup, khususnya terhadap hewan.
1. Penanaman Persepsi Yang Salah Tentang Hewan
Persepsi dan kebiasaan seseorang tidak terbentuk dengan cepat, bagaimana kita berpikir, bersikap, dan bereaksi saat ini memiliki keterkaitan dengan semua kejadian yang kita alami sejak kita masih kecil. Ketika saya masih kecil, saya ingat bagaimana ibu saya sangat menyayangi seekor kucing, saya ingat bagaimana ia memperhatikan dan menganggap hewan tersebut bagian dari keluarga kami, bukan sekedar peliharaan yang hanya dimainkan ketika kita jenuh, diikat di depan rumah sepanjang hari, dan dibuang ketika sudah sakit.
Dan seperti yang kita ketahui--emosi seorang Ibu cenderung menurun kepada anaknya--saya mengerti apa yang ibu saya rasakan, saya belajar dari caranya bersikap dan memperlakukan hewan. Sekalipun ibu saya jarang mengajarkan secara verbal, namun ia memberikan contoh, dan membiarkan saya belajar dengan sendirinya.
Saat ini, saya sering menemukan penanaman prinsip yang salah mengenai hewan sebagai peliharaan. Memelihara seekor hewan, membuat seseorang bersikap seolah kita yang memiliki kuasa untuk menentukan bagaimana hidup hewan tersebut berakhir. Ini seperti sebuah konsep kepemilikkan benda, mengabaikan fakta bahwa seekor hewan adalah makhluk hidup.
Asal Anak Senang, Peliharaan Mati Bukan Masalah.
Pernahkah Anda melihat seseorang membelikan anaknya hewan tanpa mengerti bagaimana ia harus merawatnya, dan membiarkan seorang anak kecil memperlakukan hewan tersebut sesuka hatinya?
"Asal anak senang, hewan mati bukan masalah"
"Asal anak saya tidak menangis, kalau ikannya mati saya bisa membeli lagi"
"Asal anak saya tidak rewel, anak kucingnya cacat tidak apa-apa"
Ini yang sering terjadi sekarang, dengan alasan kebahagiaan seorang anak, kita mengabaikan bagaimana makhluk hidup seharusnya diperlakukan.
Saya mengerti bukan hal yang mudah membuat seorang anak tidak rewel, anak kecil sering mengalami tantrum, dan membuatnya ceria sepanjang waktu adalah hal yang sulit--bahkan mustahil. Akan tetapi, kita juga perlu menyadari bahwa tugas kita sebagai orang dewasa juga mendidik. Kita bukan hanya bertanggung jawab membuat seorang anak merasa bahagia, kita juga bertanggung jawab untuk mengajari apa yang benar dan apa yang salah. Apa yang baik untuk dilakukan, dan apa yang seharusnya ia hindari,
Bila kita membiarkan seorang anak melakukan hal yang kasar kepada makhluk hidup lain, bila kita tidak mengajarkan bagaimana cara mengasihi dengan benar, dan bila kita membiarkan seorang anak berpikir bahwa nyawa makhluk hidup lain sama harganya seperti barang yang bisa ia buang ketika ia merasa bosan, anak seperti apa yang kita besarkan?
Mengajarkan Kebahagaian Dengan Mengasihi
Here's the truth. Kita bisa membuat seorang anak merasa bahagia dengan mengajarkan mereka bagaimana cara mengasihi dengan benar. Kebahagiaan yang timbul dari melakukan/memberi sesuatu untuk makhluk hidup lain (giving), akan terasa jauh lebih meaningful dibanding kebahagiaan yang kita dapatkan dari menerima atau mengambil (take it).
Tentu dibutuhkan kesabaran dan kesediaan bagi kita selaku orang dewasa untuk mengajarkan hal ini pada anak-anak. Akan tetapi, menjadikan keterbatasan waktu dan rasa enggan mengeluarkan effort lebih untuk mengajari anak sebagai alasan, tentu bukan pilihan yang bijak.
2. Gunakan Empati, Mulai Dari Diri Sendiri
Kita tidak harus menjadi seorang aktivis, tidak perlu menunggu menjadi seseorang yang memiliki kapabilitas besar, kita hanya perlu menjadi 'manusia' untuk melakukannya. Latih rasa empati kita bukan hanya pada sesama manusia, namun juga semua makhluk hidup di sekitar kita. Sekalipun hewan tidak berpikir dan berbicara seperti manusia, namun mereka memiliki emosi, mereka bisa merasakan rasa sakit, mereka bisa menangis bila Anda membuang mereka, dan mereka bisa ketakutan bila Anda memukul mereka.
Here's the clue : Bila kita tidak ingin diperlakukan seperti itu, maka jangan lakukan hal tersebut kepada siapapun. Baik sesama manusia, atau makhluk hidup lain. Sesuatu yang tidak menyenangkan, tetap tidak menyenangkan, sekalipun yang menerima terlihat baik-baik saja. Terapkan ini ke semua makhluk.
Bila tidak ingin memberi, jangan melukai.
Berhenti mengusir hewan dengan kasar. Ketahuilah, tidak semua hewan terbiasa dengan manusia. Bila hewan-hewan yang takut akan kehadiran manusia memberanikan dirinya untuk meminta makanan kepada kita, bukankah mereka terdesak karena kelaparan? Bagaimana bila kita adalah harapan terakhir bagi mereka?
Lagi pula, apakah dengan memberikan sedikit makanan yang kita punya akan membuat kita jatuh miskin dan kehilangan banyak hal? Tidak bukan?
Kita tidak bisa memaksa semua orang untuk berubah, namun kita bisa memulainya dari diri kita sendiri. Biarkan kebaikan dimulai dari diri Anda, lalu lihat bagaimana tindakan yang Anda lakukan meng-inspirasi orang lain.
3. Berhenti Memandang Normal Hal Yang Sudah Tidak Relevan Untuk Diterapkan
Saya sering melihat banyak orang baik di sekitar saya yang akhirnya berhenti berbuat kebaikan karena takanan yang mereka terima dari luar. Memang tidak mudah memulai sesuatu yang jarang bahkan tidak pernah dilakukan orang lain. Anda seperti melawan arus, dan ini memang berat. Kebanyakan orang cenderung memandang skeptis sesuatu yang baru bagi mereka, dan menerima hal yang sudah menjadi kebiasaan (dan dilakukan kebanyakan orang) sekalipun hal tersebut sudah tidak relevan, bahkan tidak baik lagi untuk dilakukan.
Beberapa kali, saya mendengar orang-orang ditegur ketika melakukan street feeding, niat baik yang mereka lakukan dipandang sebagai sesuatu yang mengganggu bagi segelintir orang. Dalam case lain, komunitas dan wadah perlindungan hewan masih dianggap sebagai tindakan yang konyol, bila mereka kurang kuat dan memiliki pendukung yang banyak, mereka bisa dibungkam dan dibubarkan. Saya pun merasa tak nyaman ketika orang-orang menatap saya aneh ketika saya memberi makan hewan yang saya temui di jalan. If you're doing this, you know how it feels when someone laughs at your action because they think it's an idiot or stupid thing for them.
Mengubah suatu adat, kebiasaan, jelas memerlukan waktu dan proses yang panjang, namun bila kita terus menunda, bagaimana kita bisa membuat perubahan?
4. ADOPT, DON'T SHOP!
Saya tidak bisa melarang Anda untuk membeli hewan peliharaan yang Anda sukai, namun sebelum membeli, lihatlah di sekeliling Anda. Banyak hewan yang memerlukan rumah untuk berlindung, bila Anda mengatakan bahwa hewan-hewan di jalanan terlihat buruk dan tidak sebagus hewan yang Anda beli di petshop, Anda bisa merawat mereka, hewan jalanan sekalipun akan terlihat lucu dan menarik ketika Anda bisa merawatnya dengan baik. Mereka semua sama, semua tergantung bagaimana Anda merawat dan kesediaan Anda membuka rumah Anda untuk mereka,
Akan tetapi, bila Anda berniat membeli peliharaan baru (karena memang beberapa ras tidak bisa didapatkan dengan mudah), maka semua menjadi hak Anda. Satu hal yang perlu Anda ingat, bahwa hewan yang Anda beli menjadi tanggung jawab Anda. Perlakukan mereka dengan baik selayaknya makhluk hidup, bukan seperti barang. Bila Anda membeli hanya karena mata Anda menyukainya, pastikan jangan sampai Anda membuang mereka ketika mereka tua, sakit, dan tidak lagi terlihat menarik. you are a monster if you do this.
Terima kasih telah mampir membaca!
Salam Hangat,
Fatihatun Puti Sabrina