Ceritaku : Berdamai Dengan Depresi dan Rasa Cemas


Pengalaman Melewati Depresi dan Gejala Cemas

Ditulis Oleh : Fatihatun Puti Sabrina


Beberapa orang dapat mengerti dari pengetahuan, sedangkan beberapa lainnya berdasarkan pengalaman.

Berdamai dengan depresi dan cemas
Berdamai Dengan Depresi

Banyak pertimbangan yang perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk menulis mengenai topik ini. Terutama dengan kesadaran penuh bahwa secara tidak langsung saya akan menunjukkan kelemahan saya kepada orang lain. Menunjukkan seberapa tidak mampunya saya dalam mengurus hidup saya sendiri. Tetapi, mari singkirkan ego dan biarkan kenyataan yang berbicara, just keep it real.

Tulisan ini dibuat agar semua orang mengerti bahwa apa yang mereka lihat, tidak seindah apa yang memang terlihat. Yang kokoh bukan berarti tidak bisa rapuh, dan yang tersenyum bukan berati tidak pernah menangis. Selalu ada hitam dan putih dalam kehidupan, dan semua itu normal.

Beberapa bulan sebelum permasalahan ini terjadi, saya sempat berbincang dengan seorang teman. Yang telah lebih dulu mengalami kondisi sulit dan menyebabkan ia depresi.  Ia pernah mengatakan bahwa saat itu, ia tidak lagi menginginkan hidupnya, depresinya menyebabkan perubahan kognitif, hingga ia memutuskan untuk pergi ke psikiater.

Saat itu, saya belum memahami mengapa seseorang ingin mengakhiri hidupnya. Saya juga tidak mengerti mengapa ia mengatakan bahwa doa tidak cukup untuk mengatasi semuanya. Hingga akhirnya, saya  bisa mengerti dan belajar, sialnya dari cara yang kedua---yaitu pengalaman. Guru terbaik yang mengajari saya untuk mengerti sesuatu dengan merasakannya secara langsung.

Depresi yang terjadi pada saya merupakan dampak dari kesalahan saya yang membiarkan diri saya terbiasa untuk menampung semua masalah, membiarkannya menjadi beban, tanpa berpikir bagaimana saya perlu berdamai dan menyembuhkannya satu persatu. Saya mengerti betul terdapat korelasi antara luka masa kecil yang mempengaruhi bagaimana saya merespon emosi saya dan mengambil sikap sekarang. Cemas berlebih yang saya alami adalah hasil dari perasaan tidak secure yang saya bawa sejak kecil, yang akhirnya membuat saya hidup dengan pemikiran bahwa saya harus bisa melindungi diri saya sendiri. Psikiater mengatakan, terdapat konflik yang belum sempat saya selesaikan yang akhirnya membuat permasalahan yang hadir sekarang semakin berat. 

Saya telah mendengar banyak orang meminta saya untuk sedikit lebih tenang, mengatakan bahwa saya terlalu cemas dan mudah khawatir. Tapi siapa yang mau berada di posisi ini? Siapa yang senang memiliki pikiran yang rumit? Percayalah, saya berusaha untuk lebih tenang, tapi reaksi tubuh tak bisa bohong, tangan saya yang tiba-tiba bisa sedingin es cukup menunjukkan seberapa besar pengaruh cemas yang saya rasakan.

Cemas dan terlalu beratnya problem yang terjadi, membuat saya berakhir sama dengan teman saya, saya depresi dan memiliki gejala Anxiaty. Walau bodohnya kami (saya dan teman saya yang sama-sama bobrok secara mental), masih sempat bercanda akan bagaimana obat yang kami konsumsi beberapa waktu lalu dapat membuat seseorang "nge-fly" secara syariah.


Oke, kembali ke pembahasan. 


Saya sadar saya membutuhkan pertolongan ketika saya semakin  kehilangan kendali dengan emosi saya. Kondisi mental yang tidak baik, akan membuat kita jauh lebih sensitif dari biasanya. 

Berdasarkan apa yang saya rasakan, fase depresi tidak terjadi secara langsung, tetapi pada saya--fase ini terjadi secara bertahap. Sekitar dua bulan hingga akhirnya saya sadar bahwa keadaan ini tidak hanya berdampak pada diri saya, tetapi mulai juga pada kehidupan sosial saya. 

Apa yang terjadi saat itu membuat saya mengerti apa yang teman saya rasakan. Depresi membuat kita kehilangan semangat dalam hidup, ini bukan sekedar stres sementara yang dapat  diredam dengan coping emosi. Depresi tidak seringan itu. Depresi membuat saya berada dalam kondisi tak ingin melakukan apapun dalam hidup saya, saya tidak ingin berjuang. Saya memang tahu apa mimpi saya, tetapi saya tidak peduli. Hidup terasa tidak lagi menarik.

 

Apa Hal Yang Dapat Membantu Kita Melewati Depresi?

Ada 5 hal yang membantu saya untuk kembali bangkit dan keluar dari circle ini, yang saya harap dapat membantu pembaca sekalian. Tiga hal yang saya lakukan sebagai bentuk pertahanan individu, dan dua hal yang datang dari luar.

Tiga hal yang saya lakukan (yang sebenarnya sudah saya lakukan jauh sebelum saran yang diberikan psikiater), adalah berdoa, olahraga, dan meditasi.

Olahraga akan membuat kita merasa jauh lebih baik, tak ada orang yang merasa kondisinya jauh lebih buruk ketika ia melakukan olahraga. Dan meditasi, adalah bentuk self care yang saya lakukan untuk berkomunikasi dengan diri saya sendiri. Sejujurnya, meditasi dan tidur adalah dua hal yang membuat saya lupa dengan semua rasa sakit yang saya rasakan. Ini seperti coping emosi yang positif, walau tak bisa berlangsung dengan lama. Karena layaknya coping, mereka hanya bersifat sementara.

Hal ketiga yang saya lakukan adalah berdoa. Memang sulit rasanya untuk tetap bisa percaya saat kita berada pada tempat yang gelap. Tetapi untuk saya, yang enggan untuk menceritakan permasalahan saya kepada orang lain, berdoa adalah teman terbaik. Bila meditasi adalah waktu komunikasi dengan diri saya sendiri, berdoa adalah waktu saya untuk menceritakan semua masalah yang saya alami kepada Tuhan.

Saya yakin bahwa Tuhan mendengar dan Tuhan mengerti apa yang saya rasakan, entah yang terucap dari lisan, atau kata-kata yang belum bisa saya utarakan.

Tiga hal tersebut saya lakukan sebagai bentuk perlawanan dari diri sendiri. Tetapi saya sadar saya juga memerlukan bantuan. Kita tidak bisa melewati fase ini seorang diri, selayaknya jika Anda sakit secara fisik, Anda bisa melakukan olahraga, Anda bisa berdoa. Tetapi Anda juga akan pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan medis bukan?

Dukungan medis sangat membantu, obat yang saya konsumsi saat itu membuat saya dapat tertidur dengan nyenyak. Di mana sebelumnya entah selama atau sedikit apapun saya tertidur, saya tetap merasa lelah. Hal ini terjadi karena kondisi emosional kita yang diserang, bukan fisik kita.

Dua faktor eksternal yang sangat membantu bagi saya, yaitu : Pengobatan medis dan dukungan dari teman.

Saya beruntung karena saat itu Tuhan memberikan saya teman-teman yang membantu saya untuk keluar dari fase tersebut. Teman saya memberikan banyak dukungan, mereka membuat saya mengerti bahwa masih banyak hal yang bisa saya syukuri dalam hidup. Saya sempat lupa seperti apa rasanya  "senang", seperti apa rasanya tertawa tanpa beban, hingga mereka menyeret saya untuk keluar dari kesendirian. Betapa beruntungnya saya untuk semua orang yang pernah Tuhan kirimkan ke dalam hidup saya. 


Yang Perlu Kita Ingat Tentang Depresi

Teman-teman, ada hal yang benar-benar ingin saya sampaikan untuk kalian semua. Depresi dan kesehatan mental bukan hal yang ringan. Ketika emosi dan jiwa kalian kacau, maka jangan harap hidup bisa berjalan dengan lancar. Bila suatu saat Anda (jangan sampai) atau teman Anda mengalami masalah ini, jangan ragu untuk meminta pertolongan. Jangan takut dengan apa yang akan dipikirkan orang lain. Terkadang society terlalu berengsek hingga membuat kita terjebak dalam circle ini. Anda tidak perlu merasa bersalah dengan semua emosi dan perasaan yang Anda rasakan. 

Selalu ingat, tidak peduli seberapa kuat Anda, seberapa hebat kemampuan resiliensi yang Anda milikki, kita harus sadar bahwa kita manusia. Fakta menarik yang saya temukan, saya melihat beberapa orang yang mengalami depresi justru bukan orang yang lemah, mereka orang kuat, bahkan teman lain sering datang untuk meminta bantuan padanya. Teman saya sendiri yang mengalami depresi adalah salah satu orang yang tenang, dewasa, dan paling bijak yang pernah saya temui. 

Dan ketika Anda melihat, mendengar, atau Anda sendiri yang justru mengalami dan memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup Anda, segera hubungi orang terdekat dan minta bantuan ke tenaga ahli. Jika sudah berada pada fase ini, tak ada yang bisa kita lakukan selain meminta pertolongan.

Saya mengerti seperti apa rasanya berada di tempat yang gelap, saya tahu Anda terus bertanya-tanya kapan rasa sakit ini bisa hilang?  Dan saya juga paham Anda ingin pergi dari kehidupan yang Anda jalani. Anda sudah cukup kuat untuk bertahan pada titik ini, bertahan sedikit lagi, karena diri kalian yang hebat ini layak mendapatkan kebahagiaan. 


Minta pertolongan, pergi ke psikiater, dan jangan diam. Please, be kind to yourself. Because everyone love you. I love you. And i care about you. 


Kesehatan mental sudah menjadi sesuatu yang seharusnya tidak lagi tabu dan mendapat perhatian lebih dari kita semua.  Sudah seharusnya kita lebih peka terhadap orang tersayang, Anda juga dapat membaca pada postingan Tips menjadi teman curhat dan Pendengar yang baik, untuk lebih memahami bagaimana cara bersikap bila orang terdekat anda mengalami kesulitan yang serupa.


Terimakasih sudah mampir membaca. Stay safe, I love you. :) 

You get the best version of me when i feel save around you. My femininity flourishes in healthy environments. I protect that version of me because i've spent so much time healing and preserving that version of me - Jojo, The minds Journal

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »