Tampilkan postingan dengan label Cerita dan Pengalaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita dan Pengalaman. Tampilkan semua postingan

Sudut Pandang : Antara Spiritual, Religius, dan Pentingnya Rasa Percaya Kepada Tuhan

Sudut Pandang : Antara Spiritual, Religius, dan Pentingnya Rasa Percaya Kepada Tuhan

Ditulis oleh : Fatihatun Puti Sabrina


 

 "Just because you can’t see the air, doesn’t mean you stop breathing. And just because you can’t see God, doesn’t mean you stop believing.”

— Nicky Gumbel


Salah satu quotes favorite saya yang sesuai dengan subjek yang akan saya bahas adalah quotes dari Nicky Gumbel, yang menyinggung akan bagaiman Tuhan ada dalam hidup kita sekalipun tak bisa dilihat secara kasat mata, bagaikan udara yang tak bisa kita lihat namun dapat kita rasakan dan hadirnya dibutuhkan dalam hidup manusia. 


Memahami Perbedaan Spiritual dan Religius

Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa spiritual dan religius merupakan satu hal yang sama, namun dua hal ini merupakan dua hal yang berbeda. Religius lebih mengarah pada practice , suatu kepercayaan yang dilakukan dan biasanya berkaitan dengan sebuah komunitas atau sekelompok orang dengan sistem kepercayaan yang sama. Sedangkan spiritual lebih mengarah pada koneksi seseorang dengan Tuhan, juga menyangkut tujuan, dan koneksi yang seseorang bangun dengan diri sendiri, orang lain, serta lingkungan di sekitarnya. 


Memahami Makna 'Keep a Faith' Yang Sebenarnya

Saya pernah menyinggung sedikit tentang makna keep a faith dalam postingan Memahami Peran Diri Menghindari Hidup Dalam KompetisiKeep a faith kita benar-benar diuji ketika kita masih merasa percaya, yakin, sekalipun berada dalam situasi yang terasa tidak menyenangkan. Kita tidak mengerti apa lagi yang bisa kita lakukan, seolah belum ada jalan yang bisa kita temukan. 

Tentunya ada perbedaan antara pasrah dan berserah, pasrah adalah ketika kita sudah berhenti berusaha ketika nyatanya masih ada cara yang bisa kita lakukan, sedangkan berserah adalah menyadari bahwa kita sudah melakukan usaha maksimal, baik dari aksi maupun doa, dan situasi yang kita  hadapi belum menemukan titik terang. Kondisi kedua saya yakini sebagai makna keep a faith yang sebenarnya. Menerima dan meyakini bahwa kita berada dimana kita harus berada sekarang. Tempat yang kita pijak saat ini adalah tempat dimana seharusnya kita berdiri. Sekalipun saat ini kita berada di tempat yang tidak nyaman, kita merasa gagal dan tertinggal, namun dari apa yang saya alami--situasi ini adalah kondisi yang harus saya alami sebelum Tuhan memberikan saya hadiah yang lebih baik. Apa yang tidak saya dapatkan, merupakan perlindungan Tuhan. 


Bukan Sekedar Apa Yang Kita Lakukan, namun Perihal Rasa 'Yakin' Dalam Hati

Saya merasakan bagaimana Tuhan menyelamatkan hidup saya dalam banyak hal, khususnya disaat saya merasa ketakutan. Saya menyadari bagaimana alam bawah sadar manusia sangat aktif, sensitifitas membuat saya menangkap banyak hal, baik sesuatu yang positif ataupun sesuatu yang kurang bersahabat. Mimpi bagi saya mengambil peran yang besar, dalam state positif, ini seperti gerbang komunikasi diri saya dan spirit. Kadang saya terbangun dengan  pemikiran aneh yang membuat saya memiliki urgensi untuk menulis suatu yang ternyata mean to be found by someone, terkadang mimpi saya hanya sesuatu yang abstrak, namun bisa saya tangkap maksud dan emosinya--terutama bila menyangkut seseorang.

Akan tetapi, dalam state negatif, saya sering terbangun di malam hari dan merasa ketakutan, baik rasa was-was yang membuat saya memandang satu titik dalam ruangan ketika saya terbangun, atau rasa takut yang membuat saya bergegas lari menyalakan lampu dan keluar dari ruangan. Kadang kala berupa mimpi di dalam mimpi, dan yang paling menyebalkan adalah sleep paralyses. 

Dalam banyak kejadian yang saya alami, saya merasakan bagaimana doa membantu saya merasa aman  disaat saya ketakutan,  bagaimana rasa perlindungan saya rasakan ketika saya merasa tak nyaman. Adanya rasa percaya yang saya milikki ke Tuhan membuat saya berpikir bahwa sekuat apapun entitas yang saya hadapi, saya jauh lebih kuat karena saya bersama Tuhan. Ini memberi keberanian dan kekuatan dalam hati saya. Di lain sisi, pemahaman bahwa semua proteksi yang saya dapat merupakan perlindungan dari Tuhan, menyadarkan saya bahwa manusia tak memiliki daya apapun tanpa adanya Tuhan. Rasa yakin membuat saya powerful dan powerless di saat yang bersamaan. 


United spiritual around the world, Can Be Healing For The Planet

“Prayer is not asking. It is a longing of the soul. It is daily admission of one's weakness. It is better in prayer to have a heart without words than words without a heart.”
― Mahatma Gandhi
Terlepas dari latar belakang dan perbedaan keyakinan yang kita milikki, jika kita semua menyadari, there's a battle every day, between the light and darkness. Rasa takut (khususnya dari anak anak), kurangnya pengenalan ke dalam diri sendiri, menipisnya rasa kepedulian satu sama lain, serta hilangnya rasa percaya manusia kepada Tuhan merupakan sesuatu yang memberikan dampak besar pada dunia sekarang. Bila satu doa dari satu orang dapat mengubah banyak hal dalam hidupnya dan hidup orang lain, bisakah Anda bayangkan bila semua orang berdoa untuk dunia yang lebih baik ?





Sudut Pandang : Tentang Kasih Sayang Sesama Makhluk Hidup


Sudut Pandang : Tentang Kasih Sayang Sesama Makhluk Hidup 

Ditulis Oleh : Fatihatun Puti Sabrina 

"The greatness of a nation and its moral progress can be judged by the way its animals are treated." (Mahadma Gandhi)

Mahadma Gandhi, seorang politisi, aktivis, sekaligus penulis, menyatakan bahwa kualitas moral suatu bangsa dapat dinilai dari bagaimana hewan-hewan di sana diperlakukan. Semua hewan merasakan apa yang manusia rasakan, mereka merasa sedih, sakit, takut, frustasi, sama seperti kita manusia. Akan tetapi, banyak di antara kita yang masih menganggap 'justice' hanya berlaku untuk sesama manusia, padahal bila kita benar-benar menggunakan hati kita untuk berempati, kita bisa melihat, merasakan, dan mendengar, bahwa mereka sama seperti, mereka layak diperlakukan dengan baik. 

Pembahasan kali ini merupakan topik yang sejak lama ingin saya tuliskan. Perihal kasih sayang ke semua makhluk hidup, khususnya terhadap hewan. 
Kasih Sayang Sesama Makhluk Hidup


1. Penanaman Persepsi Yang Salah Tentang Hewan 

Persepsi dan kebiasaan seseorang tidak terbentuk dengan cepat, bagaimana kita berpikir, bersikap, dan bereaksi saat ini memiliki keterkaitan dengan semua kejadian yang kita alami sejak kita masih kecil. Ketika saya masih kecil, saya ingat bagaimana ibu saya sangat menyayangi seekor kucing, saya ingat bagaimana ia memperhatikan dan menganggap hewan tersebut bagian dari keluarga kami, bukan sekedar peliharaan yang hanya dimainkan ketika kita jenuh, diikat di depan rumah sepanjang hari, dan dibuang ketika sudah sakit. 

Dan seperti yang kita ketahui--emosi seorang Ibu cenderung menurun kepada anaknya--saya mengerti apa yang ibu saya rasakan, saya belajar dari caranya bersikap dan memperlakukan hewan. Sekalipun ibu saya jarang mengajarkan secara verbal, namun ia memberikan contoh, dan membiarkan saya belajar dengan sendirinya. 

Saat ini, saya sering menemukan penanaman prinsip yang salah mengenai hewan sebagai peliharaan. Memelihara seekor hewan, membuat seseorang bersikap seolah kita yang memiliki kuasa untuk menentukan bagaimana hidup hewan tersebut berakhir. Ini seperti sebuah konsep kepemilikkan benda, mengabaikan fakta bahwa seekor hewan adalah makhluk hidup. 

Asal Anak Senang, Peliharaan Mati Bukan Masalah.

Pernahkah Anda melihat seseorang membelikan anaknya hewan tanpa mengerti bagaimana ia harus merawatnya, dan membiarkan seorang anak kecil memperlakukan hewan tersebut sesuka hatinya?

"Asal anak senang, hewan mati bukan masalah"

"Asal anak saya tidak menangis, kalau ikannya mati saya bisa membeli lagi"

"Asal anak saya tidak rewel, anak kucingnya cacat tidak apa-apa"

Ini yang sering terjadi sekarang, dengan alasan kebahagiaan seorang anak, kita mengabaikan bagaimana makhluk hidup seharusnya diperlakukan. 

Saya mengerti bukan hal yang mudah membuat seorang anak tidak rewel, anak kecil sering mengalami tantrum, dan membuatnya ceria sepanjang waktu adalah hal yang sulit--bahkan mustahil. Akan tetapi, kita juga perlu menyadari bahwa tugas kita sebagai orang dewasa juga mendidik. Kita bukan hanya bertanggung jawab membuat seorang anak merasa bahagia, kita juga bertanggung jawab untuk mengajari apa yang benar dan apa yang salah. Apa yang baik untuk dilakukan, dan apa yang seharusnya ia hindari, 

Bila kita membiarkan seorang anak melakukan hal yang kasar kepada makhluk hidup lain, bila kita tidak mengajarkan bagaimana cara mengasihi dengan benar, dan bila kita membiarkan seorang  anak  berpikir bahwa nyawa makhluk hidup lain sama harganya seperti barang yang bisa ia buang ketika ia merasa bosan, anak seperti apa yang kita besarkan?

Mengajarkan Kebahagaian Dengan Mengasihi 

Here's the truth. Kita bisa membuat seorang anak merasa bahagia dengan mengajarkan mereka bagaimana cara mengasihi dengan benar. Kebahagiaan yang timbul dari melakukan/memberi sesuatu untuk makhluk hidup lain (giving), akan terasa jauh lebih meaningful dibanding kebahagiaan yang kita dapatkan dari menerima atau mengambil (take it). 

Tentu dibutuhkan kesabaran dan kesediaan bagi kita selaku orang dewasa untuk mengajarkan hal ini pada anak-anak. Akan tetapi, menjadikan keterbatasan waktu dan rasa enggan mengeluarkan effort lebih untuk mengajari anak sebagai alasan, tentu bukan pilihan yang bijak. 

2. Gunakan Empati, Mulai Dari Diri Sendiri

Kita tidak harus menjadi seorang aktivis, tidak perlu menunggu menjadi seseorang yang memiliki kapabilitas besar, kita hanya perlu menjadi 'manusia' untuk melakukannya. Latih rasa empati kita bukan hanya pada sesama manusia, namun juga semua makhluk hidup di sekitar kita. Sekalipun hewan tidak berpikir dan berbicara seperti manusia, namun mereka memiliki emosi, mereka bisa merasakan rasa sakit, mereka bisa menangis bila Anda membuang mereka, dan mereka bisa ketakutan bila Anda memukul mereka. 

Here's the clue : Bila kita tidak ingin diperlakukan seperti itu, maka jangan lakukan hal tersebut kepada siapapun. Baik sesama manusia, atau makhluk hidup lain. Sesuatu yang tidak menyenangkan, tetap tidak menyenangkan, sekalipun yang menerima terlihat baik-baik saja. Terapkan ini ke semua makhluk. 

Bila tidak ingin memberi, jangan melukai. 

Berhenti mengusir hewan dengan kasar. Ketahuilah, tidak semua hewan terbiasa dengan manusia. Bila hewan-hewan yang takut akan kehadiran manusia memberanikan dirinya untuk meminta makanan kepada kita, bukankah mereka terdesak karena kelaparan? Bagaimana bila kita adalah harapan terakhir bagi mereka?

Lagi pula, apakah dengan memberikan sedikit makanan yang kita punya akan membuat kita jatuh miskin dan kehilangan banyak hal? Tidak bukan?

Kita tidak bisa memaksa semua orang untuk berubah, namun kita bisa memulainya dari diri kita sendiri. Biarkan kebaikan dimulai dari diri Anda, lalu lihat bagaimana tindakan yang Anda lakukan meng-inspirasi orang lain.

3. Berhenti Memandang Normal Hal Yang Sudah Tidak Relevan Untuk Diterapkan

Saya sering melihat banyak orang baik di sekitar saya yang akhirnya berhenti berbuat kebaikan karena takanan yang mereka terima dari luar. Memang tidak mudah memulai sesuatu yang jarang bahkan tidak pernah dilakukan orang lain. Anda seperti melawan arus, dan ini memang berat. Kebanyakan orang cenderung memandang skeptis sesuatu yang baru bagi mereka, dan menerima hal yang sudah menjadi kebiasaan (dan dilakukan kebanyakan orang) sekalipun hal tersebut sudah tidak relevan, bahkan tidak baik lagi untuk dilakukan. 

Beberapa kali, saya mendengar orang-orang ditegur ketika melakukan street feeding, niat baik yang mereka lakukan dipandang sebagai sesuatu yang mengganggu bagi segelintir orang. Dalam case lain, komunitas dan wadah perlindungan hewan masih dianggap sebagai tindakan yang konyol, bila mereka kurang kuat dan memiliki pendukung yang banyak, mereka bisa dibungkam dan dibubarkan. Saya pun merasa tak nyaman ketika orang-orang menatap saya aneh ketika saya memberi makan hewan yang saya temui di jalan. If you're doing this, you know how it feels when someone laughs at your action because they think it's an idiot or stupid thing for them. 

Mengubah suatu adat, kebiasaan, jelas memerlukan waktu dan proses yang panjang, namun bila kita terus menunda, bagaimana kita bisa membuat perubahan?

4. ADOPT, DON'T SHOP! 

Saya tidak bisa melarang Anda untuk membeli hewan peliharaan yang Anda sukai, namun sebelum membeli, lihatlah di sekeliling Anda. Banyak hewan yang memerlukan rumah untuk berlindung, bila Anda mengatakan bahwa hewan-hewan di jalanan terlihat buruk dan tidak sebagus hewan yang Anda beli di petshop, Anda bisa merawat mereka, hewan jalanan sekalipun akan terlihat lucu dan menarik ketika Anda bisa merawatnya dengan baik. Mereka semua sama, semua tergantung bagaimana Anda merawat dan kesediaan Anda membuka rumah Anda untuk mereka, 

Akan tetapi, bila Anda berniat membeli peliharaan baru (karena memang beberapa ras tidak bisa didapatkan dengan mudah), maka semua menjadi hak Anda. Satu hal yang perlu Anda ingat, bahwa hewan yang Anda beli menjadi tanggung jawab Anda. Perlakukan mereka dengan baik selayaknya makhluk hidup, bukan seperti barang. Bila Anda membeli hanya karena mata Anda menyukainya, pastikan jangan sampai Anda membuang mereka ketika mereka tua, sakit, dan tidak lagi terlihat menarik. you are a monster if you do this.


Terima kasih telah mampir membaca!

Salam Hangat,  

Fatihatun Puti Sabrina 

NEW BOOK LAUNCHING : The Art of Self-Renewal

NEW BOOK LAUNCHING : The Art of Self-Renewal 

Ditulis Oleh : Fatihatun Puti Sabrina

The Art of -Self Renewal merupakan buku self development yang terbit pada cetakan pertama  di bulan Mei 2022 mendatang.



The Art of Self Renewal merupakan buku yang membahas mengenai proses upgrade diri. Dimulai dari perubahan pola pikir (pembaruan mindset), pengenalan dan refleksi diri (pembaruan dari dalam diri), juga perihal membangun dan memperbaiki relasi kita dengan orang di sekitar.

Pentingnya penanaman mindset dijabarkan penulis pada bagian pembuka mengingat pola pikir merupakai kunci utama dalam memulai semuanya, pola pikir kita—yang belum tentu terbukti kebenarannya—dapat mempengaruhi bagaimana kita bersikap, dan secara tidak langsung akan berpengaruh pada bagaimana orang lain memperlakukan diri kita. 

Ketika pentingnya penanaman mindset telah diterima oleh pembaca, penulis akan mengajak pembaca untuk mebahas mengenai pencarian ke dalam diri sendiri—yang penulis sadari sebagai pencarian terbesar dalam hidup. Tahap refleksi ini dimulai dari pengenalan diri sendiri—yang merupakan korelasi antara diri kita di masa lampau, saat ini, dan ingin seperti apa kita terlihat di masa depan. 

Fase renewal yang dilakukan juga tidak berhenti sampai hubungan kita dengan diri sendiri, sebagai manusia yang terhubung satu sama lain—diperlukan pembaruan dari bagaimana kita berinteraksi dan terlibat dengan orang di sekitar kita. Berikut point yang dibahas dalam buku The Art of Self Renewal.

The Art of Self Renewal


Buku ini dapat dipesan melalui penerbit Ellunar dengan judul 'The Art of Self-Renewal', dan nama Pena Sabrina Puti.

Untuk Pemesanan Melalui Penerbit, klik pada tautan berikut : bit.ly/PO-TheArtOfSelfRenewal

Feel free to contact penulis jika memiliki pertanyaan, 081285538237-Puti Sabrina (Whatsapp Business

Tunggu apa lagi? Yuk, order buku ini sekarang!




Your Soul Tribe, 

Fatihatun Puti Sabrina

Personal Journey : Melepas Pola Lama Yang Terus Terulang

Personal Journey : Menglepas Pola Lama Yang Terus Terulang Dalam Hidup

Ditulis oleh : Fatihatun Puti Sabrina

Dalam hidup, kita tentu menghadapi banyak pelajaran untuk mendukung perkembangan diri kita—baik mental, emosional, maupun spiritual. Saat kita belum belajar dari masalah yang kita hadapi, sangat mungkin bila pelajaran yang sama kembali terjadi. Menyebabkan perulangan pola lama terus terulang, sekalipun kita dihadapkan dengan kondisi dan orang yang berbeda.

Kurang lebih dua tahun lalu—saya menyadari bila saya dihadapkan pada satu permasalahan dan belum bisa memahami makna sebenarnya dari apa yang terjadi, maka pola yang sama akan terulang kembali dalam hidup saya. Saya menghadapi masalah yang sama, rasa sakit yang sama, sekalipun dengan situasi dan orang yang berbeda.

Kesadaran yang sudah muncul dua tahun lalu nyatanya tidak membuat semua dapat saya terapkan dengan  mudah. Rasanya sulit untuk melihat sesuatu dengan lensa yang jernih ketika saya berdiri langsung di tengah masalah. Saya membutuhkan waktu cukup lama untuk menyadari bahwa siklus ini telah terjadi cukup lama. Ini juga yang menyebabkan beberapa orang menyebutnya sebagai siklus karma hidup.

But before we dive deep into it, saya perlu menyampaikan bahwa siklus karma yang saya bahas di sini tidak merujuk pada orang tertentu. Siklus karma yang saya maksud lebih me-representasikan pelajaran pahit hidup  yang  harus saya mengerti. Mungkin saya tidak akan menceritakan semuanya secara eksplisit, saya hanya ingin bercerita melalui perjalanan saya. Saya harap teman-teman dapat memahami makna tersirat dari apa yang saya ceritakan sini.

 

Melepas Pola Yang Terus Terulang


Menyadari Apa Yang Coba Hidup Ajarkan Kepada Kita

Semua berawal dari pertemuan saya dengan seseorang yang memberikan pembelajaran terbesar dalam hidup saya, tepatnya pada 2019 silam. Kehadirannya dalam hidup saya memberikan perkembangan jiwa yang luar biasa. Semua terjadi dengan sangat cepat, bahkan bila saya boleh berkata jujur, ia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan spiritual saya. Ia mengenalkan saya pada diri saya.

Physically, mungkin saya hanya bertemu dengannya sekitar 3-4 bulan, namun perkembangan diri saya terus berlangsung setelahnya. Rasanya menggelikan menyadari bahwa seseorang yang memberikan kebahagiaan terbesar dalam hidup saya merupakan orang sama yang memberikan saya luka paling dalam. Ketika saya menunjuk semua hal yang saya benci dari dirinya, jemari saya seperti berbalik dan menunjuk diri sendiri, menyadari permasalahan yang selama ini tidak saya sadari.


 So it's not only about him, his behavior, or his fault.


But it's all about my deepest wound, my scars, my trauma


For example, saya tumbuh dengan pemikiran bahwa saya harus bisa melindungi diri saya sendiri, saya harus memastikan bahwa saya merasa aman, bahwa semua stabil. Dan ketika saya berhadapan dengan lelaki sepertinya, yang cenderung menghindar ketika koneksi semakin intens, orang yang sulit meng-ekspresikan apa yang ia rasakan—saya merasa sangat lelah secara emosional. Ini mungkin sederhana bagi banyak orang, namun hal ini menyakitkan untuk saya. Saya seperti tidak mengerti di mana saya berdiri sekarang.

Apa yang ingin saya tegaskan di sini  adalah, sangat mungkin bila rasa marah, sedih, kecewa, yang Anda rasakan dari perlakuan orang di sekitar Anda bukan hanya berasal dari apa yang terjadi saat ini. Banyak dari kita yang belum menyadari bahwa semua yang ada di sekeliling kita merupakan proyeksi dari apa yang terjadi dalam diri kita. Sangat memungkinkan bila akar dari masalah yang terjadi sebenarnya terletak dalam diri kita sendiri. Dari sana kita juga dapat melihat, bahwa ada korelasi dari luka lama yang secara tidak langsung mempengaruhi seperti apa 'ekspektasi' kita dalam menjalin sebuah hubungan.

Tetapi ada hal lain yang saya temukan, terlebih—terutama mengenai pola hubungan yang terus berulang, sekalipun pada orang lain yang memiliki karakter berbeda. 

Dari sana saya mulai berpikir, 


Why do I always attract an emotionally unavailable person into my life?


Why do I have to be a place where people can come and go? 


Why am I the only one who has to figure it out when everything is falling apart?


And why do I have to be the person who always tried to make it work?



Keterkaitan Antara Siklus Karma dan Misi Jiwa

Saya mencoba mencari jawaban dalam diri saya. Dan akhirnya saya mengerti, bahwa ini semua tentang self love, kesalahan saya dalam memahami konsep mencintai diri sendiri. 

Kita mungkin bisa mencintai orang lain ketika kita tidak mencintai diri  sendiri, namun pertanyaannya, apakah mungkin cara kita mencintai seseorang benar ketika kita bahkan tidak mengerti bagaimana caranya mencintai diri sendiri?

Pola atau siklus berulang yang terjadi pada hidup saya selalu jatuh dalam hal cinta kasih. Sesuatu yang memang bersinggungan langsung dengan misi jiwa saya. Mungkin, ini cara Tuhan untuk menunjukkan bahwa saya tidak akan bisa melakukan misi jiwa saya dengan benar, selama cara saya untuk mencintai diri saya masih keliru.

Saya menyadari selama ini, ketika saya menyayangi dan peduli kepada seseorang, saya cenderung memberikan apapun yang saya milikki , tanpa berpikir bagaimana diri saya setelahnya. Sama sekali tidak ada keseimbangan antara memberi dan menerima. Proporsi Giving and receiving. 

Saya seperti orang bodoh yang selalu mengatakan pada teman saya “Its okay to think about your self first”, namun saya selalu membuat diri saya merasa bahwa saya bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah orang lain. Saya memberikan toleransi besar ketika seseorang melakukan kesalahan, namun saya bersikap terlalu keras pada diri saya sendiri. Saya marah ketika seseorang memperlakukan orang yang sayangi dengan tidak pantas, namun saya memberikan toleransi bila orang memperlakukan diri saya dengan tidak baik.

Saya menyadari bahwa orang yang selama ini bersikap tak adil pada diri saya adalah saya sendiri. Saya yang dari awal tidak tegas perihal apa yang menjadi batas dan core value saya. Kondisi ini tentu sangat berbahaya bila disaat yang bersamaan, saya masih memegang prinsip cinta kasih tanpa ego.

Prinsip cinta kasih tanpa ego, adalah bagaimana kita bisa memberi tanpa memikirkan apa yang akan kita terima nanti. Apakah prinsip ini baik? Menurut saya, ya. Prinsip ini membuat saya bahagia karena saya tidak pernah berekspektasi tentang apa yang harusnya saya dapatkan sebagai imbalan dari apa yang saya lakukan. Ini juga melatih manusia untuk lebih tulus, dan saya merasa, hal ini yang dunia butuhkan sekarang.

Namun prinsip ini tidak akan berjalan dengan baik bila kita belum menerapkan rasa cinta pada diri kita sendiri, kita juga perlu mengerti batas (self boundaries) yang dibuat sebagai bentuk apresiasi untuk diri sendiri.

Ada satu tulisan yang menyentuh hati saya, dan membuat saya sadar, kurang lebih intinya seperti ini: 

“If your life purpose tends to serve people, either emotional, physical, or whatever that connect to others, you have to make sure that you are happy. You have to feel happiness inside of you”

Kalimat tersebut menyentuh hati saya, saya menyadari saya bisa memberi advice tebaik ketika saya merasa senang, saya bisa menolong orang lain dengan lebih baik, ketika diri saya stabil.


Bagaimana Saya Menghentikan Pola Yang Terus Terulang

Satu trait buruk yang saya milikki ketika saya menyayangi seseorang adalah : saya ingin berjuang hingga akhir, saya ingin memberi kesempatan dengan harapan bahwa mungkin semua akan berubah, mungkin saya hanya perlu memberikan sedikit waktu untuk membuat semua membaik.

Tapi akhirnya, tak ada yang saya dapatkan. Ada satu masa, dimana ia membuat saya teringat bagaimana cinta bisa membuat saya bahagia, namun di sisi lain ia juga bisa membuat saya berpikir bahwa kebahagiaan merupakan hal mahal untuk saya dapatkan.  Di pembicaraan terakhir kami, saya sempat merasa bahwa saya bisa kembali percaya padanya. Ia berhasil membuat saya berpikir bahwa ini sesuatu yang mutual, namun akhirnya hal yang sama terulang kembali. 

Titik ini adalah titik dimana saya mencoba untuk mengambil kendali,  dua bulan ini saya berusaha untuk membangun rasa percaya diri saya, berada dalam kondisi ini terus menerus membuat self worth saya juga hancur, saya merasa saya tak layak , saya seperti sebuah pilihan. Dan dalam recovery yang berlangsung, saya sadar saya harus memutus siklus ini. Saya tidak bisa selalu menjadi pihak yang terus berusaha membuat semuanya membaik. 

Bila Anda masuk ke dalam siklus seperti ini dalam hidup Anda, opsi terbaik untuk menghentikannya adalah dengan melakukan hal yang berbeda dari  apa yang Anda lakukan sebelumnya. Anda harus berani untuk memutar keadaan. 

Bila Anda memiliki dua pilihan dan sebelumnya Anda memilih jalan yang kanan, ketika pola ini kembali disodorkan dalam hidup Anda,  beranikan diri Anda untuk mengambil keputusan pada apa yang belum pernah Anda pilih sebelumnya. Mudahnya, tidak mengambil tindakan yang menyebabkan kesalahan lama kembali terulang. 

Mungkin terdengar sederhana, namun tidak mudah melihat semua dengan jernih ketika Anda berdiri langsung dipusat masalah, apalagi untuk pola berulang yang bahkan tidak kita sadari selama ini. Dan hal penting dari semuanya adalah memahami apa yang hidup coba ajarkan kepada Anda. 


Memahami Makna Dari Setiap Pertemuan

Jika Anda memahami bagaimana semesta bekerja, Anda akan menyadari bahwa tidak ada satupun hal yang datang sebagai kebetulan. Saya merasa Tuhan mengatur hidup saya sangat rapih, Tuhan menempatkan semuanya pada waktu dan saat yang tepat. Walau terkadang, ego saya sebagai manusia membuat saya masih sulit untuk langsung menerima apa yang terjadi dalam hidup saya.

Ada hal lain yang terjadi ditengah proses pelepasan siklus karma saya. Kurang lebih desember tahun lalu, saya bertemu seseorang—yang mungkin dari segi umur berada jauh di atas saya. (Tak ada hal yang istimewa disini, sayapun hanya terhubung dengannya dalam ikatan formal). Namun, ada hal menarik yang dapat saya pelajari darinya. 

Dari caranya berbicara, dari bagaimana ia berpikir dan lugas mengatakan pendapatnya, Ia menunjukkan kepada saya seperti apa karakter maskulin yang sebenarnya saya inginkan. Ia memberi gambaran traits apa yang bisa membuat saya bahagia, Bukan hanya keseimbangan antara emosi dan pemikiran, namun juga perlindungan. Perasaan aman untuk seorang perempuan. 


In the end, it’s not only about: I want someone who could hug me during my hard time, not just someone who is stable and grounded, but also someone who be able to stand up for me—who makes me feel safe. Who makes me feel like we booth protect and support each other. So it is not only me—a feminine—who always be the source in a relationship. Booth sides have to do their part. And also remember the important trait from a masculine: provide and protect


Jadi akhirnya bagaimana? Saya belum memiliki jawaban, saya tak tahu siapa yang akan menjadi rumah saya nanti. Tapi untuk pertama kalinya, I felt peace with the unknown. And it's so powerful.

Bila sebelumnya saya mencintai seseorang dengan buta. Saya menerima semuanya tanpa sadar bahwa ada hal yang membuat saya tidak bahagia. Kini saya tahu apa yang saya inginkan dalam sebuah hubungan, saya mengerti apa yang bisa membuat saya bahagia. Saya tidak takut untuk memulai cerita baru, entah dengan orang baru, orang lama, atau dengan seseorang yang mungkin memiliki latar belakang yang berbeda sekalipun, that's okaybut only if I feel this is worth and match my energy. Karena saya tidak bisa hanya menerima sesuatu yang artificial, saya menginginkan koneksi yang real.

Terimakasih untuk seseorang dari 2019 yang membantu saya mempelajari pelajaran hidup penting yang harus saya mengerti, dan terimakasih untuk orang yang membantu saya menyadari apa yang  saya inginkan dalam sebuah hubungan, apa yang benar-benar bisa membuat saya bahagia.

 


Thanks for reading, 

Take care, I love you. 

Puti Sabrina

 

 


Late Night Letter : "I don’t want to, but you make me do"

 

Late Night Letter :  "I don’t want to, but you make me do"

This message is not for everyone, it's very specific, just simply check another post, because I'll be a little dramatic in here. 



Late night letter to my person, 



You know who you are, 

I could handle your mind games,


I could handle it when you act strange and made a distance. I am accepted all of your weakness, your traumas, I realized we are through shit behind the scenes. Giving you reflection, freedom, and belief to keep faith in you is the type of my love language. 


Show me your scars, and I promise to heal them.


I stand by you, no matter how bad you threaten me. I’ll forever believe in you, even when you gave me no reasons to believe. 


But when it involves another woman, When I see someone else secretly involved in all of your plans, your business, I can’t. It is not the same type of pain I could handle anymore. You are wrong if you think that I'm the type of woman who just likes to wait and see what can you offer to me. I want to support you from the start, I want to be there and help you to reach your dream. 


I'm not mad if I saw you with all-girl surrounding you. But I’m not dumb to see someone else intentions, it’s really clear to see, that she has something for you, she wants you secretly, that’s the reason why I mad.


All of this time, I give you space and time, you can go as long as you want, and come back whenever you want, and still, I believe in you. 


I am ash from your fire, you know?


I’m such a fool for thinking that maybe you are different from the rest. I’m too naïve, to always say you are such a lovely good man and be your first army when people try to throw a sit on you. Shame on me to always feel like I owe something and let my heart be destroyed repeatedly.


I remember small details about you—your birthday, your things, your behavior, I was supported you secretly. I gave you freedom, I pray for you and your dreams, I appreciate you in every single change that I can. I gave it my all, even if you gave me nothing at all. 


So tell me what to give after that?


I know it was dark, and I realized it took me a long time to heal and recover my heart from all of this shit. If I could playback a time, I hope that I never meet you. I wish I never know you. I know your presence in my life has the biggest impact on my spiritual journey, and I know it’s divinely guided, there’s no coincidence. It’s not just a physical attraction, cause I feel it energetically, that’s the hardest part of it.


I promise to myself, to never negotiate about my happiness, and maybe—I'm not sure either, after what I know about it, even if there is something I haven't discovered yet, I have a perfect reason for leaving you behind, to be more focus about my mission in life. It’s not because I'm stopping loving you, it is hard for me to start loving someone, but when I fall, I fall deep. But I was just thinking that maybe it was the right time to listen to my ego, to protect my heart cause you made me feel like I was replaceable. I don’t want to, but you make me do

 

Take a bow. I don't want to fight anymore. I am emotionally drained and exhausted. 

 



Your beautiful fool, 


Puti Sabrina



Memahami Peran Diri, Menghindari Hidup Dalam Kompetisi

 

Memahami Peran Diri, Menghindari Hidup Dalam Kompetisi

Ditulis oleh : Fatihatun Puti Sabrina 

Memahami Peran, Hindari hidup dalam Kompetisi


Memahami Makna Oneness

Teal Swan—salah seorang motivator sekaligus penulis buku yang memahami perihal spiritual dan relational psychology—pernah menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “The anatomy of loneliness” mengenai konsep oneness atau makna kesatuan, memahami bahwa semua manusia yang berada dalam bumi ini berasal dari source yang sama, dari energi yang sama. Konsep ini dianalogikan seperti sebuah air di laut, yang membentuk gelombang dan melahirkan butiran-butiran air yang berbeda-beda. Di mana butiran tersebut diasumsikan sebagai kita, manusia. Konsep ini menjelaskan bahwa kita berasal dari energi yang sama, hanya bagaimana kita bereaksi terhadap hal sekitar yang menjadikan kita berbeda satu sama lain.

Pada awalnya, saya tidak menaruh perhatian besar mengenai apa yang tertulis di sana. Hingga akhirnya pemahaman ini secara tidak langsung mengajari saya makna hidup yang lebih dalam.  Kita semua tidak bisa mengelak, bahwa kadang kita membuat hidup ini terlihat seperti sebuah kompetisi, mengenai siapa yang bisa mencapai tangga teratas hanya berdasarkan standar yang dibuat oleh lingkungan sekitar—bahkan untuk hal yang tidak menjadi tujuan hidup kita. Pada kondisi lain, timbulnya perasaan “Me VS them” sangat mungkin terjadi ketika kita belum memahami makna oneness yang sebenarnya, yang terjadi karena kita masih menjalani hidup dengan ego, dan belum mengetahui bahwa setiap masing-masing dari manusia memiliki peran dan misi hidupnya tersendiri.


Berhenti Menjalani Hidup Dengan Ego, Pahami Misi Jiwa Masing-Masing

Ketika saya masih hidup dalam ego, perasaan menjadi 'victim' akibat hidup yang terasa tak adil sering saya rasakan. Saya selalu bertanya-tanya, “Mengapa jalan saya harus selalu berkelok ketika orang lain bisa berjalan dengan lurus?, “Mengapa saya selalu ditempatkan pada keadaan di mana saya harus berjuang lebih keras di saat yang lain bisa melakukannya dengan lebih mudah?”, “Mengapa dengan kemampuan yang sama, dengan tujuan akhir yang sama, saya selalu dibuat seolah saya harus mengeluarkan effort yang lebih besar?” (bukan hanya berdasar opini pribadi)

Ada rasa marah ketika saya melihat jalan orang lain yang terasa lebih mudah, (mungkin benar pepatah yang mengatakan rumput tetangga terlihat lebih hijau dari rumput di tempat kita sendiri). Berkali-kali pertanyaan “Kenapa?” selalu muncul ketika saya mulai muak untuk dipaksa terus berjuang. Saya tahu kerja kerjas merupakan hal yang wajar, namun ditempatkan untuk selalu berjuang lebih keras dari yang lain tentu bukan hal yang bisa saya terima. Mungkin di sini sedikit terdengar egois, namun inilah yang saya rasakan ketika saya masih hidup dalam ego saya.

Di fase awal, saya marah kepada Tuhan, saya merasa makna 'adil' seharusnya terjadi dengan menempatkan kesulitan dan perjuangan saya sama dengan orang lain. Hingga akhirnya Tuhan memperlihatkan sendiri mengapa saya diminta berjuang lebih keras kemarin—tentunya dengan hadiah yang bahkan saya rasa tak sepadan dengan pelajaran yang saya terima sebelumnya.

Lalu saya masuk pada fase kedua, di sana saya masih hidup dalam ego bahwa saya 'victim' dari kehidupan yang kejam, namun di sisi lain saya sudah percaya pada jalan Tuhan, rasa marah saya berganti—saya tidak lagi marah  pada Takdir atau jalan Tuhan, tetapi saya marah dan selalu menyalahkan diri saya untuk setiap kegagalan yang saya lakukan.

Which is stupid, saya tak bisa menerimanya, namun saya juga tak tahu siapa yang harus saya salahkan selanjutnya.

Saya mengalami dua fase tersebut. Dua fase yang saya lalui hingga saya mulai belajar dan mencoba koreksi diri lebih baik lagi. Kini bukan lagi rasa marah yang saya alihkan, namun saya mulai belajar untuk memahami hidup tidak dari sudut pandang saya sebagai manusia—di mana sudut pandang manusia terbatas, sedangkan rencana dan jalan Tuhan terlalu luas.

Dari sana, saya mulai memahami bahwa kita memiliki tugas dan perannya masing-masing. Setiap manusia yang hadir di dunia ini, memiliki visi misi jiwanya sendiri, entah yang pada akhirnya dapat mereka penuhi atau mungkin tak pernah mereka sadari hingga hidup berakhir nanti. Pemahaman bahwa setiap orang memiliki peran masing-masing—membawa saya pada asumsi bahwa—dengan peran yang berbeda, dengan tujuan akhir yang berbeda, dan dengan visi misi hidup yang berbeda, apakah mungkin kita akan menempuh jalan yang sama?

Ketika tujuan hidup saya dan Anda berbeda, pencarian hidup kita berbeda, bukankah wajar bila kita dihadapkan pada pelajaran hidup yang tidak sama untuk membuat kita sampai pada misi jiwa masing-masing?

Tujuan hidup di sini bukan hanya sesuatu yang bersifat materil, tujuan hidup bisa berarti terpenuhinya kepuasan batin, bisa lebih mengarah pada memahami hidup secara filosofis, bahkan untuk beberapa orang—tujuan hidup bukan sekedar apa yang bisa mereka raih untuk diri mereka, namun apa yang bisa mereka berikan untuk orang lain. 

Tak mungkin, 'kan dengan dunia seluas ini, manusia sebanyak ini, kita berada di dunia  untuk misi yang sama? bukankah diperlukan perbedaan untuk saling melengkapi dan menciptakan keseimbangan?


Kurangi Pencarian Keluar, Dengarkan Keinginan Hati Terdalam

Dari sana saya mengerti, alasan rasa sakit yang terjadi kemarin, alasan semua keadaan yang memaksa saya untuk berjuang baik psikis maupun mental, juga mengapa perihal cinta kasih selalu menjadi pelajaran terberat saya, ternyata semua berorientasi pada pelajaran untuk memenuhi visi misi hidup saya sendiri

Pemahaman ini membuat saya bisa menjalani hidup dengan lebih tenang, tidak lagi merasa bahwa saya merupakan korban kehidupan, dan menerima ketika saya kembali ditendang untuk berjuang lebih keras (walau di awal pasti saya mengumpat entah pada siapa, lol). 

Konsep oneness yang diajarkan Teal Swan juga membantu saya untuk lebih memahami bahwa tak ada kompetisi dalam hidup. Kita memiliki tujuan masing-masing, dan tujuan kita tidak berorientasi pada standar pencapaian yang dibuat orang lain, tujuan kita tak bisa kita lihat dari luar, dari melihat apa yang orang lain genggam, namun dengan melihat ke dalam diri sendiri. Untuk mendengar keinginan hati kita terdalam.

Keterbukaan dengan diri, belajar mengenali kata hati, dan mengendalikan ego, menjadi alasan bahwa tak seharusnya ada stigma “ME VS THEM” dalam hidup kita sebagai manusia. Karena saya, kalian, kita semua, merupakan manusia dengan misi jiwa masing-masing.  Saya tidak akan pernah menjadi kalian, dan kalian tidak akan pernah menjadi saya. Kita peran utama dalam  skenario  hidup yang berbeda. 

 

Mohon maaf atas segala kesalahan dalam penyampaian dan penulisan. Saya menyadari saya manusia yang memiliki banyak kekurangan dan perlu banyak perbaikan. 


Salam hangat, 

Puti Sabrina :)

 

Belajar Ikhlas, Melepaskan, dan Meyakini Rencana Tuhan

Belajar Ikhlas, Melepaskan, dan Meyakini Rencana Tuhan

Ditulis oleh : Fatihatun Puti Sabrina

Belajar untuk ikhlas dan menerima tentu bukan  hal yang mudah. Bila saya boleh berkata jujur, ikhlas merupakan pelajaran terberat yang saya terima dalam hidup saya sampai detik ini (dibanding pelajaran mengenai self love, betrayal, dan self awareness yang saya alami beberapa waktu lalu). Mengatakan kita ikhlas sama dengan kita menyadari penuh bahwa kita telah melepas sesuatu—hal, benda, seseorang—dari hidup kita. Ikhlas bukan sekedar melupakan, namun ikhlas berarti merelakan dengan sepenuh hati bahwa apa yang mungkin selama ini kita genggam erat sudah seharusnya kita lepaskan, sekalipun di awal hati masih berat untuk merelakan.


Belajar Ikhlas dan Melepaskan
Belajar Ikhlas dan Melepaskan 


Memahami makna let go dan detach dalam Melepaskan

Saya sempat keliru untuk memahami antara “Let go” dan “detach” beberapa waktu lalu. Saya berpikir bahwa saya telah “Let go”, namun ternyata saya masih masuk pada fase “detach”.

Let go sama artinya dengan melepaskan seluruhnya—dari sisi emosi, pikiran, dan tindakan—sesuatu yang kita rasa sudah tidak bisa lagi dipertahankan dalam hidup kita. Seperti menggunting sebuah benang yang menjadi penghubung.  Sedangkan “detach” lebih mengarah pada ‘pengalihan’, kita menyadari bahwa kita masih menginginkan hal tersebut dalam hidup kita, hati kita masih bertahan pada apa yang kita inginkan, namun kita mengarahkan emosi dan pemikiran kita pada hal lain (bisa pada kegiatan, hobby baru, atau berfokus pada diri sendiri). 

Mudahnya detach lebih mengarah pada pengalihan “energi”, like you realized that you still bound to something, but you choose to not give your energy into that. Ingat energi manusia juga berasal dari emosi dan pemikiran, bukan hanya aksi atau tindakan.

Cara berlajar Ikhlas dan Melepaskan

Ketika saya berniat untuk melepas sesuatu dan menerima dengan ikhlas, penghalang terbesar yang sering menjadi penghambat justru ego manusia sendiri. Ego saya—yang muncul membawa rasa takut dan khawatir—membuat saya selalu bertanya-tanya seperti “Bagaimana bila keputusanmu untuk melepas adalah keputusan yang salah?”, atau  “Bagaimana bila sebenarnya kamu hanya membutuhkan sedikit waktu untuk membuat semua bekerja sebagaimana mestinya?”, dan banyak pertanyaan lain yang membuat hati ini mulai goyah untuk terus berjalan.

Namun dari sana saya memahami bahwa ego manusia yang muncul membawa rasa takut dan khawatir hanya merekam dari pengalaman—baik yang pernah kita alami sendiri, atau pengalaman yang kita lihat terjadi pada orang lain dan tidak ingin terjadi di hidup kita. Ego kita sebenarnya hanya ingin kita benar-benar memahami emosi yang kita rasakan, hal ini manusiawi, tetapi saya sadar bahwa keputusan tetap ada di tangan saya sendiri. Tentu banyak waktu yang saya habiskan seorang diri hingga saya benar-benar dapat mengenali kata hati saya yang sebenarnya. 

The best way if you want to know the difference between your ego and your intuitions, to know about your true desire, is to deal and have a deep talk with your own self. Alone.

Saya banyak menghabiskan waktu seorang diri, saya menyadari bahwa kadang jawaban yang selama ini saya cari terdapat di dalam diri saya sendiri.  Untuk ikhlas dan melepaskan, saya mulai dengan berdamai dengan ego saya dan menerima semua emosi yang saya rasakan. Saya belajar untuk berhenti bertanya 'mengapa' dan 'bagaimana', dan menerimanya sebagai fase yang perlu saya lewati dalam hidup ini. 

Diperlukan keterbukaan dengan diri sendiri untuk membuat proses ini lebih cepat berakhir. Bila “urusan” dengan diri sendiri sudah berhasil di atasi, selanjutnya kita hanya perlu “Keep a faith”, yakin bahwa semesta akan bekerja sebagaimana mestinya. 

Saya belajar untuk percaya bahwa saya berada di mana saya seharusnya berdiri sekarang, saya yakin bahwa saya ada pada posisi yang sudah semestinya. im right where I belong. Sekalipun mungkin keputusan saya pada akhirnya terasa salah, saya yakin proses tersebut tetap sesuatu yang perlu saya lalui. Pemahaman ini berusaha saya tanamkan untuk membuat hati ini lebih kuat, dan diri ini tetap waras.

 

“Tapi kan tidak semudah itu! Ikhlas tidak mungkin mudah, ada aja yang rasanya menahan!”

 

Iya, siapa yang bilang mudah?

 

Maka dari itu, tak heran hadiahnya juga besar. 

Ikhlas sangat sulit, melepaskan orang, harapan, prinsip, yang selama ini selalu kita genggam tidaklah mudah. Bahkan sekalipun saya telah berhadapan dalam situasi ini beberapa kali,  setelah berhasil melewatinya dan melihat apa yang saya dapatkan setelah saya “let go and release”—saya akan melewati fase dari awal, ketika saya berhadapan dengan kasus lain yang kembali menuntut saya untuk ikhlas. Saya harus kembali berdamai dengan ego saya, dan sekalipun sudah berdamai, akan ada masanya hati kembali goyah—jadi ini bukan proses yang lurus, it’s a life.   

Tidak sekali saya bertanya-tanya pada diri saya “Saya tahu saya seharusnya melepas,  dan saya juga tahu Tuhan menyiapkan sesuatu yang baik setelah ini, tetapi mengapa setiap saya dihadapkan pada kondisi baru yang menuntut saya untuk ikhlas, rasanya tetap berat?”

Dari sana, mungkin kehidupan ingin kita belajar untuk menggenggam dan melepas, untuk mengajarkan manusia cinta kasih tanpa perlu memiliki, untuk membuat kita mengerti bahwa kita hanya bagian kecil dari semesta yang luas, ada saatnya kita hanya perlu melepaskan dan mempercayakannya semuanya pada rencana Tuhan.

Dan semua merupakan proses, Keep a faith yang sesungguhnya bukan hanya mengatakan percaya dan yakin ketika Anda masih tahu apa yang mungkin dapat terjadi esok, keep a faith bukan sekedar meyakini ketika Anda masih memiliki pilihan lain, bukan sekedar yakin ketika Anda masih bisa melihat bahwa semua hal bergerak di sekitar Anda. Bukan.

Tapi keep a faith yang sebenarnya—dari apa yang saya pahami dari pengalaman saya , adalah—menerima dan percaya sepenuhnya pada jalan dan takdir Tuhan sekalipun kita tak tahu bagaimana semua akan berakhir, sekalipun semua yang berada di sekitar Anda terasa berhenti berputar, sekalipun Anda tak tahu lagi apa yang bisa anda lakukan (rasanya seperti tak ada pilihan yang tersisa dan apa yang Anda lakukan tak menghasilkan progress apapun). It’s like the real unknown.

Dalam kondisi tersebut, makna “keep a faith lebih bisa Anda rasakan.

Yang perlu dimengerti dari ikhlas dan melepaskan

Untuk saat ini  belajar memahami dan terhubung dengan diri sendiri, serta yakin pada jalan Tuhan adalah  hal yang bisa saya lakukan ketika saya harus belajar ikhlas dan melepaskan. Meyakini bahwa banyak hal yang bekerja di balik layar, sekalipun tak bisa saya lihat sekarang. Saya hanya perlu memahami apa yang bisa saya kendalikan dan tidak, serta mengerti apa yang sebenarnya diri saya inginkan. Saya berpendapat, hidup tak akan pernah adil bila kita hanya melihat dari sudut pandang kita sebagai manusia, penglihatan dan pengetahuan kita terbatas, namun rencana dan jalan Tuhan sangat luas. Jadi keep going untuk teman-teman yang sedang belajar untuk ikhlas dan melepaskan, ga akan ada yang mengatakan semua ini mudah, but its worth to try.


Listen to your heart, release, and keep a faith.


That’s all I could give to you right now. Karena saya pun masih dalam proses pembelajaran dan masih perlu banyak refleksi dan perbaikan. Jika ada tips dan masukan lain yang ingin kalian berikan, kindly use comment section below.



Terimakasih telah membaca,

With Love

Fatihatun Puti Sabrina