Tampilkan postingan dengan label Cerita dan Pengalaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita dan Pengalaman. Tampilkan semua postingan

Belajar Ikhlas, Melepaskan, dan Meyakini Rencana Tuhan

Belajar Ikhlas, Melepaskan, dan Meyakini Rencana Tuhan

Ditulis oleh : Fatihatun Puti Sabrina

Belajar untuk ikhlas dan menerima tentu bukan  hal yang mudah. Bila saya boleh berkata jujur, ikhlas merupakan pelajaran terberat yang saya terima dalam hidup saya sampai detik ini (dibanding pelajaran mengenai self love, betrayal, dan self awareness yang saya alami beberapa waktu lalu). Mengatakan kita ikhlas sama dengan kita menyadari penuh bahwa kita telah melepas sesuatu—hal, benda, seseorang—dari hidup kita. Ikhlas bukan sekedar melupakan, namun ikhlas berarti merelakan dengan sepenuh hati bahwa apa yang mungkin selama ini kita genggam erat sudah seharusnya kita lepaskan, sekalipun di awal hati masih berat untuk merelakan.


Belajar Ikhlas dan Melepaskan
Belajar Ikhlas dan Melepaskan 


Memahami makna let go dan detach dalam Melepaskan

Saya sempat keliru untuk memahami antara “Let go” dan “detach” beberapa waktu lalu. Saya berpikir bahwa saya telah “Let go”, namun ternyata saya masih masuk pada fase “detach”.

Let go sama artinya dengan melepaskan seluruhnya—dari sisi emosi, pikiran, dan tindakan—sesuatu yang kita rasa sudah tidak bisa lagi dipertahankan dalam hidup kita. Seperti menggunting sebuah benang yang menjadi penghubung.  Sedangkan “detach” lebih mengarah pada ‘pengalihan’, kita menyadari bahwa kita masih menginginkan hal tersebut dalam hidup kita, hati kita masih bertahan pada apa yang kita inginkan, namun kita mengarahkan emosi dan pemikiran kita pada hal lain (bisa pada kegiatan, hobby baru, atau berfokus pada diri sendiri). 

Mudahnya detach lebih mengarah pada pengalihan “energi”, like you realized that you still bound to something, but you choose to not give your energy into that. Ingat energi manusia juga berasal dari emosi dan pemikiran, bukan hanya aksi atau tindakan.

Cara berlajar Ikhlas dan Melepaskan

Ketika saya berniat untuk melepas sesuatu dan menerima dengan ikhlas, penghalang terbesar yang sering menjadi penghambat justru ego manusia sendiri. Ego saya—yang muncul membawa rasa takut dan khawatir—membuat saya selalu bertanya-tanya seperti “Bagaimana bila keputusanmu untuk melepas adalah keputusan yang salah?”, atau  “Bagaimana bila sebenarnya kamu hanya membutuhkan sedikit waktu untuk membuat semua bekerja sebagaimana mestinya?”, dan banyak pertanyaan lain yang membuat hati ini mulai goyah untuk terus berjalan.

Namun dari sana saya memahami bahwa ego manusia yang muncul membawa rasa takut dan khawatir hanya merekam dari pengalaman—baik yang pernah kita alami sendiri, atau pengalaman yang kita lihat terjadi pada orang lain dan tidak ingin terjadi di hidup kita. Ego kita sebenarnya hanya ingin kita benar-benar memahami emosi yang kita rasakan, hal ini manusiawi, tetapi saya sadar bahwa keputusan tetap ada di tangan saya sendiri. Tentu banyak waktu yang saya habiskan seorang diri hingga saya benar-benar dapat mengenali kata hati saya yang sebenarnya. 

The best way if you want to know the difference between your ego and your intuitions, to know about your true desire, is to deal and have a deep talk with your own self. Alone.

Saya banyak menghabiskan waktu seorang diri, saya menyadari bahwa kadang jawaban yang selama ini saya cari terdapat di dalam diri saya sendiri.  Untuk ikhlas dan melepaskan, saya mulai dengan berdamai dengan ego saya dan menerima semua emosi yang saya rasakan. Saya belajar untuk berhenti bertanya 'mengapa' dan 'bagaimana', dan menerimanya sebagai fase yang perlu saya lewati dalam hidup ini. 

Diperlukan keterbukaan dengan diri sendiri untuk membuat proses ini lebih cepat berakhir. Bila “urusan” dengan diri sendiri sudah berhasil di atasi, selanjutnya kita hanya perlu “Keep a faith”, yakin bahwa semesta akan bekerja sebagaimana mestinya. 

Saya belajar untuk percaya bahwa saya berada di mana saya seharusnya berdiri sekarang, saya yakin bahwa saya ada pada posisi yang sudah semestinya. im right where I belong. Sekalipun mungkin keputusan saya pada akhirnya terasa salah, saya yakin proses tersebut tetap sesuatu yang perlu saya lalui. Pemahaman ini berusaha saya tanamkan untuk membuat hati ini lebih kuat, dan diri ini tetap waras.

 

“Tapi kan tidak semudah itu! Ikhlas tidak mungkin mudah, ada aja yang rasanya menahan!”

 

Iya, siapa yang bilang mudah?

 

Maka dari itu, tak heran hadiahnya juga besar. 

Ikhlas sangat sulit, melepaskan orang, harapan, prinsip, yang selama ini selalu kita genggam tidaklah mudah. Bahkan sekalipun saya telah berhadapan dalam situasi ini beberapa kali,  setelah berhasil melewatinya dan melihat apa yang saya dapatkan setelah saya “let go and release”—saya akan melewati fase dari awal, ketika saya berhadapan dengan kasus lain yang kembali menuntut saya untuk ikhlas. Saya harus kembali berdamai dengan ego saya, dan sekalipun sudah berdamai, akan ada masanya hati kembali goyah—jadi ini bukan proses yang lurus, it’s a life.   

Tidak sekali saya bertanya-tanya pada diri saya “Saya tahu saya seharusnya melepas,  dan saya juga tahu Tuhan menyiapkan sesuatu yang baik setelah ini, tetapi mengapa setiap saya dihadapkan pada kondisi baru yang menuntut saya untuk ikhlas, rasanya tetap berat?”

Dari sana, mungkin kehidupan ingin kita belajar untuk menggenggam dan melepas, untuk mengajarkan manusia cinta kasih tanpa perlu memiliki, untuk membuat kita mengerti bahwa kita hanya bagian kecil dari semesta yang luas, ada saatnya kita hanya perlu melepaskan dan mempercayakannya semuanya pada rencana Tuhan.

Dan semua merupakan proses, Keep a faith yang sesungguhnya bukan hanya mengatakan percaya dan yakin ketika Anda masih tahu apa yang mungkin dapat terjadi esok, keep a faith bukan sekedar meyakini ketika Anda masih memiliki pilihan lain, bukan sekedar yakin ketika Anda masih bisa melihat bahwa semua hal bergerak di sekitar Anda. Bukan.

Tapi keep a faith yang sebenarnya—dari apa yang saya pahami dari pengalaman saya , adalah—menerima dan percaya sepenuhnya pada jalan dan takdir Tuhan sekalipun kita tak tahu bagaimana semua akan berakhir, sekalipun semua yang berada di sekitar Anda terasa berhenti berputar, sekalipun Anda tak tahu lagi apa yang bisa anda lakukan (rasanya seperti tak ada pilihan yang tersisa dan apa yang Anda lakukan tak menghasilkan progress apapun). It’s like the real unknown.

Dalam kondisi tersebut, makna “keep a faith lebih bisa Anda rasakan.

Yang perlu dimengerti dari ikhlas dan melepaskan

Untuk saat ini  belajar memahami dan terhubung dengan diri sendiri, serta yakin pada jalan Tuhan adalah  hal yang bisa saya lakukan ketika saya harus belajar ikhlas dan melepaskan. Meyakini bahwa banyak hal yang bekerja di balik layar, sekalipun tak bisa saya lihat sekarang. Saya hanya perlu memahami apa yang bisa saya kendalikan dan tidak, serta mengerti apa yang sebenarnya diri saya inginkan. Saya berpendapat, hidup tak akan pernah adil bila kita hanya melihat dari sudut pandang kita sebagai manusia, penglihatan dan pengetahuan kita terbatas, namun rencana dan jalan Tuhan sangat luas. Jadi keep going untuk teman-teman yang sedang belajar untuk ikhlas dan melepaskan, ga akan ada yang mengatakan semua ini mudah, but its worth to try.


Listen to your heart, release, and keep a faith.


That’s all I could give to you right now. Karena saya pun masih dalam proses pembelajaran dan masih perlu banyak refleksi dan perbaikan. Jika ada tips dan masukan lain yang ingin kalian berikan, kindly use comment section below.



Terimakasih telah membaca,

With Love

Fatihatun Puti Sabrina


Mewujudkan Keinginan Dengan Metode Scripting! (Law of attraction)



Metode Scripting
Scripting -Law Of Attraction


Masing-masing dari kita tentu memiliki mimpi dan tujuan, sesuatu yang ingin kita capai dalam hidup ini. Memiliki mimpi membuat kita tahu kemana kita harus melangkah, mimpi secara tidak langsung juga dapat menjadi alasan bagi seseorang untuk terus berjuang. Dalam hal ini, pola pikir (mindset)—sebagai fondasi dasar yang ditanam pada diri seseorang memiliki peran penting.  Hal ini terjadi karena pikiran kita mempengaruhi setiap tindakan yang kita lakukan, yang secara tidak langsung mempengaruhi reaksi yang akan kita terima dari orang-orang di sekitar kita.

Mungkin sebelumnya Anda pernah mendengar orang-orang mengatakan bahwa emosi merupakan energi besar yang dimiliki manusia. Emosi berarti motion of energy, dalam arti lain, apa yang kita rasakan dan pikirkan, akan menjadi hal yang secara tidak langsung kita manifestasikan untuk terjadi dalam hidup kita. Hal ini berkaitan dengan LoA (Law of attraction). Bila kita ingin menarik hal-hal baik ke dalam hidup kita, kita harus belajar untuk menempatkan diri kita pada energi atau vibrasi yang positif. Salah satu bentuk penggunaan emosi yang kerap digunakan untuk memanifestasikan sesuatu dalam hidup seseorang adalah dengan melakukan scripting.


Lalu apa itu scripting?  

scripting is a technique where you describe your life as if you already had what you wish to manifest. - Anonymous


Mudahnya, scripting seperti menulis semua keinginan kita seolah-olah kita sudah mendapatkan hal itu saat ini. Kita diminta untuk berandai-andai, membayangkan bagaimana rasanya bila saat ini mimpi dan impian tersebut sudah terjadi. Scripting bisa dilakukan dengan menulis di secarik kertas seperti journalling, atau yang paling sering saya lakukan, dengan menggantungkannya pada dinding kamar saya. 

Jauh sebelum saya memahami apa itu scripting, saya menyadari bahwa selama ini saya kerap memanifestasi cita-cita saya tanpa saya sadari. Hal ini baru saya sadari ketika saya secara tidak sengaja mengamati semua tulisan (baik yang saya tulis pada dinding kamar saya, atau semua tulisan yang saya tulis dalam jurnal pribadi saya) terwujud satu demi satu. Saya tidak menyangka bahwa apa yang saya tulis saat itu benar-benar terjadi saat ini, bahkan untuk sesuatu yang saya lupa pernah saya tulis sebelumnya.

Karena masih sedikit tidak percaya (sekaligus penasaran), saya mencoba melihat catatan yang saya buat ketika awal saya masuk kuliah 4 tahun lalu, saya juga mengingat-ingat tulisan yang saya tulis dibuku catatan saya sewaktu saya masih duduk dibangku SMA (kurang lebih 5-6 tahun lalu). Dan saya baru sadar bahwa selama ini saya tengah me-manifestasikan mimpi-mimpi saya satu demi satu. Siklusnya seperti : saya menggunakan hati dan pikiran saya untuk menentukan apa yang benar-benar saya inginkan, saya melibatkan emosi untuk semua kata yang saya harapkan terjadi dalam hidup saya, lalu setelahnya saya berfokus untuk melakukan apa yang dapat saya lakukan sekarang sebaik mungkin tanpa berpikir bagaimana bila hasil yang saya terima tidak sesuai. 



(Catatan di atas merupakan catatan yang saya tulis hampir empat tahun lalu, karena dulu saya masih sedikit malu untuk menggantungkannya di dinding kamar, saya menuliskannya di balik pintu lemari.)

 

Untuk teman-teman yang ingin mencoba melakukan scripting, terdapat beberapa tips (berdasarkan dari pengalaman dan sumber –sumber  referensi) yang dapat membantu Anda dalam scripting Tips-nya sebagai berikut:


1. Pastikan Mimpi Anda, adalah Apa yang Benar-Benar Anda Inginkan.  


“Manifestasikan mimpi Anda, bukan mimpi orang lain yang coba Anda terapkan dalam hidup Anda”


Dalam scripting, kita akan menuliskan apa yang ingin kita raih, baik pekerjaan, barang  yang kita inginkan, atau suatu pencapaian tertentu. Untuk itu, pastikan bahwa apa yang kita tulis adalah apa yang benar-benar kita inginkan. Mulailah terbuka dengan diri kita dan dengarkan kata hati kita. Menuliskan sesuatu yang tidak benar-benar kita inginkan hanya akan menyulitkan kita untuk terhubung dengan emosi kita.

Sebagai contoh, ketika saya menuliskan “Menerbitkan novel pertama sebelum berusia 20 tahun!”

Saya membayangkan rasa bahagia dan kesenangan yang saya rasakan ketika saya berhasil berada pada posisi tersebut. Bagaimana rasanya ketika saya mengatakan pada orang tua saya bahwa saya menerbitkan sebuah cerita, bagaimana senangnya ketika saya melihat orang membeli buku saya.  Saya mencoba merasakan semua emosi yang bisa saya rasakan seolah hal tersebut sudah terjadi dalam hidup saya.

Kebiasaan membayangkan (mem-visualisasikan) apa yang dapat terjadi dalam hidup saya, juga kebiasaan menuliskan mimpi-mimpi saya dalam jurnal, dinding, bahkan di balik pintu lemari kamar saya, membuat keinginan saya termanifestasi tanpa saya sadari. Bukankah dari sini kita dapat melihat seberapa kuat pengaruh setiap harapan yang kita tulis menggunakan hati dan emosi kita?

Ingat! Emosi adalah motion of energy!


2. Fokus Pada Hal Yang Dapat Kita Lakukan Sekarang.


Tips yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah dengan fokus pada apa yang kita lakukan dalam proses menggapai tujuan kita. Biarkan semua hal yang sebelumnya kita tulis menjadi pengingat. Tugas kita selanjutnya adalah menyusun anak-anak tangga agar kita sampai pada tujuan akhir kita. Itu juga yang menjadi salah satu alasan mengapa kita harus meyakinkan bahwa mimpi kita adalah apa yang kita inginkan, bukan mimpi yang dibuat orang lain dan ingin kita dapatkan dalam hidup kita. Keikutsertaan hati akan membantu kita selama proses menggapai cita-cita kita selama ini.





Fokus pada apa yang bisa kita lakukan sekarang. Bila suatu saat kita gagal atau mengalami masalah, sadari bahwa semua normal dan merupakan bagian dari proses. Biarkan diri kita mencari beribu jalan, dan kuatkan hati Anda pada tujuan yang sama. Ingat, selalu terdapat hal yang dapat kita kendalikan dan tidak. Pemahaman ini akan membuat kita tidak terpaku pada kesempurnaan dan lebih dapat belajar untuk menikmati setiap proses yang terjadi.


3.  Biarkan Semua Mengalir.



Hal terakhir yang perlu kita lakukan adalah dengan membiarkan semua mengalir. Ada hal penting yang perlu kita ingat—yang saya alami dari pengalaman pribadi saya—yaitu untuk tidak merasa gusar dan terus-menerus menunggu kapan semua impian yang kita inginkan terjadi. Semakin kita berada pada vibrasi  “menginginkan sesuatu”, sama artinya dengan kita menempatkan diri kita pada posisi “kurang”, hal ini justru membuat apa yang kita inginkan semakin menjauh dari hidup kita.

Saya pernah mengalami salah satu kondisi di mana saya terus bertanya “mengapa hal ini belum terjadi dalam hidup saya?”, “mengapa saya belum mendapatkan apa yang saya inginkan padahal saya telah berusaha keras dalam mewujdukannya?”. Hingga akhirnya, saya menyerah dan mencoba merelakan bila akhirnya keinginan saya tidak terwujud, menariknya impian saya benar-benar menjadi kenyataan ketika saya sudah merelakan apa yang terjadi dalam hidup saya, ketika saya belajar untuk tidak mengontrol keadaan.  

Berhasil memanifestasikan sesuatu dalam hidup kita tentu akan terasa menyenangkan, kita seperti mengingatkan pada diri kita bahwa tidak ada limitasi pada diri kita selama kita memiliki harapan, terus berdoa, dan mau berjuang. Tetapi perlu kita ingat, bahwa apa yang kita inginkan kadang bukan apa yang benar-benar baik dalam hidup kita, yakinlah bahwa Tuhan selalu memiliki jalan yang jauh lebih baik. Bila kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, yakinlah bahwa kita akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik dari apa yang kita inginkan. Pemahaman ini akan membantu kita untuk lebih bisa menerima dan tidak berusaha untuk mengendalikan keadaan.

Sekian tips dan pengalaman dalam scripting yang dapat saya berikan, teruslah berpegang teguh pada mimpi-mimpi Anda! Semangat!





Referensi

https://www.thepathprovides.com/blog/7-easy-scripting-exercises-successfully-use-the-law-of-attraction-to-manifest-the-life-you-want

"3 secret to Let Go& it WILL Come [100% LOA Success]" https://youtu.be/BXBjJf6re3k



Yang Sering Disalahpahami Tentang Kesehatan Mental



Miskonsepsi Pada Kesehatan Mental 

Ditulis oleh : Fatihatun Puti Sabrina


Kembali lagi dengan topik mengenai kesehatan mental. Kali ini saya tidak berniat untuk sharing pengalaman. Saya juga tidak akan membahas dari segi akademis dan medis secara mendetail, karena  saya bukan seseorang yang memiliki background dalam dunia psikologi. Saya hanya belajar dan memahami dari pengalaman, melihat, mendengar, juga membaca sudut pandang beberapa psikolog dituangkan dalam sebuah buku, kemudian mencoba berasumsi dari sudut pandang saya sebagai seorang manusia. Jadi silahkan dikoreksi bila terdapat kekeliruan. 


Miskonsepsi Pada Kesehatan Mental
Pentingnya Kesehatan Mental 



Ada hal yang masih mengganjal, dan rasanya akan lebih baik jika kita bahas di sini. Sebenarnya saya melihat hal ini terjadi sejak lama, dan setelah memberi waktu dengan harapan mungkin keadaan ini akan berakhir, kekeliruan itu masih terjadi. Masih banyak kesalahpahaman yang membuat hati ini rasanya jengkel setengah mati.


Kadang saya berpikir, 

Berapa banyak orang yang mungkin bisa diselamatkan dari suicide bila kita lebih peka, sehingga mereka  dapat terbuka tanpa merasa takut pada orang di sekitar mereka?

Berapa banyak orang yang dapat terselamatkan dari major depresi bila kita mau mendengar, memahami berbagai sudut pandang, dibanding menilai dan menghakimi dari sudut pandang kita sendiri? 

Dan seberapa bahagianya dunia ini, bila kita mau memandang keterbukaan emosi bukan sebagai bentuk dari kelemahan, tetapi bentuk kekuatan dan kesadaran atas kondisi mental dan jiwa kita?


Saya bisa melihat jika saat ini kesadaran masyarakat mengenai eksistensi mental disorder semakin meningkat. Tetapi masih banyak kekeliruan yang terjadi. Sesederhana pemahaman yang beredar bahwa depresi merupakan emosi dan bukan penyakit. Emosi hanya terjadi dalam jangka waktu tertentu, emosi tidak membuat seseorang kehilangan minat hidup. Tetapi mental disorder, terutama depresi membuat seseorang mengalami kekacauan dari aspek bio-psiko-dan spiritual.

Saya rasa, ketika kita sudah benar-benar memahami bahwa depresi, anxiaty, dll merupakan mental disorder dan sebuah penyakit "real". Kita tidak akan lagi memiliki anggapan bahwa seseorang bereaksi berlebihan. Kita tidak lagi menghakimi dengan berpikir bahwa orang dengan mental disorder adalah orang yang mentalnya lemah.


Selain kondisi psikis, mental disorder juga berpengaruh pada kondisi biologis!


Orang yang terkena depresi dan PTSD memiliki hipokampus (salah satu bagian di otak) yang cenderung mengecil dari orang yang tidak mengalaminya. Depresi juga juga digadang-gadang menjadi penyebab turunnya hormon serotonin (mempengaruhi mood, kestabilan, dan rasa senang). Dan dari kondisi fisik--mental disorder bisa berdampak pada pencernaan, konstipasi, insomnia, bagian tubuh atau bahkan seluruh tubuh terasa sakit dan lelah.  


Dari sini kita bisa melihat jika cara berpikir, memandang kehidupan, dan kondisi tubuh seseorang dapat terpengaruh ketika mereka mengalami mental disorder. Ini bukan pilihan, ini juga bukan reaksi berlebihan apalagi mendramatisir keadaan, tetapi ini merupakan kenyataan yang seharusnya membuat kita bisa membuka mata bersama-sama.

Beberapa teman saya, yang tengah berjuang mengatasi kekacauan mental yang mereka alami, mengeluhkan buruknya respon dan reaksi orang di sekitar mereka mengenai hal ini. Hal ini terjadi karena masih adanya misconception mengenai kesehatan mental. 

Seperti contohnya, mengatakan jangan cemas kepada seseorang yang memiliki "anxiaty disorder" , alih alih membantunya untuk mengatasi panick attack yang ia alami. 

Mengatakan "Tidak usah sedih berlebihan" atau "Masa seperti itu aja stres", pada orang yang mengalami depresi, padahal sudah jelas bila depresi merupakan penyakit, bukan emosi sementara. 

Begitu juga dengan mengatakan "Jangan bersikap berlebihan," atau, "Jangan takut, biasa saja". Pada orang yang mengalami PTSD. Padahal reaksi yang ia keluarkan mungkin merupakan dampak dari trigger yang kembali muncul. 

Bermaksud ataupun tidak, kata kata di atas akan membuat luka yang dalam. Hal ini bisa membuat orang yang mengalami mental disorder merasa bersalah dengan apa yang ia rasakan. Padahal apa yang terjadi pada diri mereka adalah sesuatu yang valid. Selain itu, seorang psikolog yang pernah saya datangi mengatakan bahwa kita bisa meminta bantuan bila apa yang  kita alami mempengaruhi kemampuan kita dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Saya pernah terjebak dalam situasi tersebut. Merasa bersalah ketika bercerita hingga saya mengabaikan semua yang saya rasakan. Dan saya berakhir seperti apa yang saya ceritakan dalam postingan beberapa waktu lalu. Sad and tragic.

Petingnya Belajar Memahami dan Mengerti satu sama lain.

Teman-teman, kita perlu memahami bersama sama. Ketika seseorang datang untuk menceritakan masalahnya, entah ia lelaki atau perempuan, kita perlu mengerti bahwa hal tersebut merupakan tanda kepercayaan yang ia berikan kepada kita. Dan kepercayaan mahal harganya. Mungkin,  kita adalah harapan terakhir untuk mereka berkeluh kesah.

Pemahaman mengenai emosi yang terkesan hanya wajar diekspresikan oleh perempuan juga perlu kita luruskan. Laki - laki juga memiliki emosi, yang membedakan adalah bagaimana kita mengelola dan bereaksi terhadap apa yang kita rasakan.

It's okay, untuk seorang lelaki merasa sedih, bahkan menangis!

Menunjukkan sisi emosional sudah seharusnya kita pandang sebagai sesuatu yang manusiawi. Bila lelaki sampai tidak bisa mengenali emosinya, dan keadaan mentalnya kacau, ia memiliki kemungkinan besar untuk melampiaskan hal ini kepada orang yang ia anggap lemah. Contoh : perempuan dan anak-anak. Saya melihat hal ini terjadi pada beberapa orang di sekitar saya, dan jangan sampai banyak orang yang mengalaminya kembali. Kita juga perlu memahami bahwa masing-masing orang memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda, seperti misalnya :  Highly sensitive people (HSP) Pengertian, dan ciri


Hurt people hurt people. That's truth. 

Di sini kita perlu memahami, bahwa stressor masing-masing orang berbeda. Terdapat orang yang lebih stres bila menyangkut percintaan, ada juga yang stres bila menyangkut pekerjaan dan pencapaian hidup. Menjadikan berat tidaknya masalah seseorang dari cara kita memandang permasalahan tentu bukan hal yang bijak. 

Kita perlu belajar untuk mengerti bahwa kita memiliki kapasitas masing-masing. Terbiasalah untuk melihat suatu kejadian dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan begitu, saya yakin akan ada lebih banyak kesempatan untuk kita memahami dan terhubung satu sama lain. 

Terimakasih telah meluangkan waktu membaca postingan ini, mohon maaf untuk beberapa opini yang kurang berkenan dan kata-kata yang salah.  Semoga kita semua bahagia selalu. 



Peluk dari jauh, 
Puti Sabrina.  :)

Ceritaku : Berdamai Dengan Depresi dan Rasa Cemas


Pengalaman Melewati Depresi dan Gejala Cemas

Ditulis Oleh : Fatihatun Puti Sabrina


Beberapa orang dapat mengerti dari pengetahuan, sedangkan beberapa lainnya berdasarkan pengalaman.

Berdamai dengan depresi dan cemas
Berdamai Dengan Depresi

Banyak pertimbangan yang perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk menulis mengenai topik ini. Terutama dengan kesadaran penuh bahwa secara tidak langsung saya akan menunjukkan kelemahan saya kepada orang lain. Menunjukkan seberapa tidak mampunya saya dalam mengurus hidup saya sendiri. Tetapi, mari singkirkan ego dan biarkan kenyataan yang berbicara, just keep it real.

Tulisan ini dibuat agar semua orang mengerti bahwa apa yang mereka lihat, tidak seindah apa yang memang terlihat. Yang kokoh bukan berarti tidak bisa rapuh, dan yang tersenyum bukan berati tidak pernah menangis. Selalu ada hitam dan putih dalam kehidupan, dan semua itu normal.

Beberapa bulan sebelum permasalahan ini terjadi, saya sempat berbincang dengan seorang teman. Yang telah lebih dulu mengalami kondisi sulit dan menyebabkan ia depresi.  Ia pernah mengatakan bahwa saat itu, ia tidak lagi menginginkan hidupnya, depresinya menyebabkan perubahan kognitif, hingga ia memutuskan untuk pergi ke psikiater.

Saat itu, saya belum memahami mengapa seseorang ingin mengakhiri hidupnya. Saya juga tidak mengerti mengapa ia mengatakan bahwa doa tidak cukup untuk mengatasi semuanya. Hingga akhirnya, saya  bisa mengerti dan belajar, sialnya dari cara yang kedua---yaitu pengalaman. Guru terbaik yang mengajari saya untuk mengerti sesuatu dengan merasakannya secara langsung.

Depresi yang terjadi pada saya merupakan dampak dari kesalahan saya yang membiarkan diri saya terbiasa untuk menampung semua masalah, membiarkannya menjadi beban, tanpa berpikir bagaimana saya perlu berdamai dan menyembuhkannya satu persatu. Saya mengerti betul terdapat korelasi antara luka masa kecil yang mempengaruhi bagaimana saya merespon emosi saya dan mengambil sikap sekarang. Cemas berlebih yang saya alami adalah hasil dari perasaan tidak secure yang saya bawa sejak kecil, yang akhirnya membuat saya hidup dengan pemikiran bahwa saya harus bisa melindungi diri saya sendiri. Psikiater mengatakan, terdapat konflik yang belum sempat saya selesaikan yang akhirnya membuat permasalahan yang hadir sekarang semakin berat. 

Saya telah mendengar banyak orang meminta saya untuk sedikit lebih tenang, mengatakan bahwa saya terlalu cemas dan mudah khawatir. Tapi siapa yang mau berada di posisi ini? Siapa yang senang memiliki pikiran yang rumit? Percayalah, saya berusaha untuk lebih tenang, tapi reaksi tubuh tak bisa bohong, tangan saya yang tiba-tiba bisa sedingin es cukup menunjukkan seberapa besar pengaruh cemas yang saya rasakan.

Cemas dan terlalu beratnya problem yang terjadi, membuat saya berakhir sama dengan teman saya, saya depresi dan memiliki gejala Anxiaty. Walau bodohnya kami (saya dan teman saya yang sama-sama bobrok secara mental), masih sempat bercanda akan bagaimana obat yang kami konsumsi beberapa waktu lalu dapat membuat seseorang "nge-fly" secara syariah.


Oke, kembali ke pembahasan. 


Saya sadar saya membutuhkan pertolongan ketika saya semakin  kehilangan kendali dengan emosi saya. Kondisi mental yang tidak baik, akan membuat kita jauh lebih sensitif dari biasanya. 

Berdasarkan apa yang saya rasakan, fase depresi tidak terjadi secara langsung, tetapi pada saya--fase ini terjadi secara bertahap. Sekitar dua bulan hingga akhirnya saya sadar bahwa keadaan ini tidak hanya berdampak pada diri saya, tetapi mulai juga pada kehidupan sosial saya. 

Apa yang terjadi saat itu membuat saya mengerti apa yang teman saya rasakan. Depresi membuat kita kehilangan semangat dalam hidup, ini bukan sekedar stres sementara yang dapat  diredam dengan coping emosi. Depresi tidak seringan itu. Depresi membuat saya berada dalam kondisi tak ingin melakukan apapun dalam hidup saya, saya tidak ingin berjuang. Saya memang tahu apa mimpi saya, tetapi saya tidak peduli. Hidup terasa tidak lagi menarik.

 

Apa Hal Yang Dapat Membantu Kita Melewati Depresi?

Ada 5 hal yang membantu saya untuk kembali bangkit dan keluar dari circle ini, yang saya harap dapat membantu pembaca sekalian. Tiga hal yang saya lakukan sebagai bentuk pertahanan individu, dan dua hal yang datang dari luar.

Tiga hal yang saya lakukan (yang sebenarnya sudah saya lakukan jauh sebelum saran yang diberikan psikiater), adalah berdoa, olahraga, dan meditasi.

Olahraga akan membuat kita merasa jauh lebih baik, tak ada orang yang merasa kondisinya jauh lebih buruk ketika ia melakukan olahraga. Dan meditasi, adalah bentuk self care yang saya lakukan untuk berkomunikasi dengan diri saya sendiri. Sejujurnya, meditasi dan tidur adalah dua hal yang membuat saya lupa dengan semua rasa sakit yang saya rasakan. Ini seperti coping emosi yang positif, walau tak bisa berlangsung dengan lama. Karena layaknya coping, mereka hanya bersifat sementara.

Hal ketiga yang saya lakukan adalah berdoa. Memang sulit rasanya untuk tetap bisa percaya saat kita berada pada tempat yang gelap. Tetapi untuk saya, yang enggan untuk menceritakan permasalahan saya kepada orang lain, berdoa adalah teman terbaik. Bila meditasi adalah waktu komunikasi dengan diri saya sendiri, berdoa adalah waktu saya untuk menceritakan semua masalah yang saya alami kepada Tuhan.

Saya yakin bahwa Tuhan mendengar dan Tuhan mengerti apa yang saya rasakan, entah yang terucap dari lisan, atau kata-kata yang belum bisa saya utarakan.

Tiga hal tersebut saya lakukan sebagai bentuk perlawanan dari diri sendiri. Tetapi saya sadar saya juga memerlukan bantuan. Kita tidak bisa melewati fase ini seorang diri, selayaknya jika Anda sakit secara fisik, Anda bisa melakukan olahraga, Anda bisa berdoa. Tetapi Anda juga akan pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan medis bukan?

Dukungan medis sangat membantu, obat yang saya konsumsi saat itu membuat saya dapat tertidur dengan nyenyak. Di mana sebelumnya entah selama atau sedikit apapun saya tertidur, saya tetap merasa lelah. Hal ini terjadi karena kondisi emosional kita yang diserang, bukan fisik kita.

Dua faktor eksternal yang sangat membantu bagi saya, yaitu : Pengobatan medis dan dukungan dari teman.

Saya beruntung karena saat itu Tuhan memberikan saya teman-teman yang membantu saya untuk keluar dari fase tersebut. Teman saya memberikan banyak dukungan, mereka membuat saya mengerti bahwa masih banyak hal yang bisa saya syukuri dalam hidup. Saya sempat lupa seperti apa rasanya  "senang", seperti apa rasanya tertawa tanpa beban, hingga mereka menyeret saya untuk keluar dari kesendirian. Betapa beruntungnya saya untuk semua orang yang pernah Tuhan kirimkan ke dalam hidup saya. 


Yang Perlu Kita Ingat Tentang Depresi

Teman-teman, ada hal yang benar-benar ingin saya sampaikan untuk kalian semua. Depresi dan kesehatan mental bukan hal yang ringan. Ketika emosi dan jiwa kalian kacau, maka jangan harap hidup bisa berjalan dengan lancar. Bila suatu saat Anda (jangan sampai) atau teman Anda mengalami masalah ini, jangan ragu untuk meminta pertolongan. Jangan takut dengan apa yang akan dipikirkan orang lain. Terkadang society terlalu berengsek hingga membuat kita terjebak dalam circle ini. Anda tidak perlu merasa bersalah dengan semua emosi dan perasaan yang Anda rasakan. 

Selalu ingat, tidak peduli seberapa kuat Anda, seberapa hebat kemampuan resiliensi yang Anda milikki, kita harus sadar bahwa kita manusia. Fakta menarik yang saya temukan, saya melihat beberapa orang yang mengalami depresi justru bukan orang yang lemah, mereka orang kuat, bahkan teman lain sering datang untuk meminta bantuan padanya. Teman saya sendiri yang mengalami depresi adalah salah satu orang yang tenang, dewasa, dan paling bijak yang pernah saya temui. 

Dan ketika Anda melihat, mendengar, atau Anda sendiri yang justru mengalami dan memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup Anda, segera hubungi orang terdekat dan minta bantuan ke tenaga ahli. Jika sudah berada pada fase ini, tak ada yang bisa kita lakukan selain meminta pertolongan.

Saya mengerti seperti apa rasanya berada di tempat yang gelap, saya tahu Anda terus bertanya-tanya kapan rasa sakit ini bisa hilang?  Dan saya juga paham Anda ingin pergi dari kehidupan yang Anda jalani. Anda sudah cukup kuat untuk bertahan pada titik ini, bertahan sedikit lagi, karena diri kalian yang hebat ini layak mendapatkan kebahagiaan. 


Minta pertolongan, pergi ke psikiater, dan jangan diam. Please, be kind to yourself. Because everyone love you. I love you. And i care about you. 


Kesehatan mental sudah menjadi sesuatu yang seharusnya tidak lagi tabu dan mendapat perhatian lebih dari kita semua.  Sudah seharusnya kita lebih peka terhadap orang tersayang, Anda juga dapat membaca pada postingan Tips menjadi teman curhat dan Pendengar yang baik, untuk lebih memahami bagaimana cara bersikap bila orang terdekat anda mengalami kesulitan yang serupa.


Terimakasih sudah mampir membaca. Stay safe, I love you. :) 

Rekomendasi Hiking Untuk Pemula : Gunung Api Purba Jogjakarta !

Gunung Api Purba Jogjakarta : Hiking Nyaman, View Indah!


Gunung Api Purba Yogyakarta
Gunung Api Purba Yogyakarta



Gunung api purba ngelarangan merupakan gunung api non aktif yang terletak di Gunung kidul, Wonosari, Yogyakarta. Berjarak sekitar dari kota Jogja, 

Pengalamanku pertama kali mengunjungi Gunung api purba terjadi sekitar bulan Juni 2020. Yap, masa-masa awal tempat wisata Gunung api purba dibuka semenjak Covid. 

Perjalananku dari kepek Wonosari memakan waktu sekitar 30 menit menggunakan sepeda motor, dengan tiket masuk seharga 15.000, teman-teman sudah dapat berkunjung dan hiking di gunung api purba. 

Aku sampai di pintu masuk kurang lebih sekitar pukul tiga sore, waktu aku sampai sudah banyak sepeda motor yang berada di parkiran. Pas - pas an banget dengan gerombolan anak-anak kuliah yang sepertinya mau siap-siap untuk pulang. Saat itu, aku berpikir kalau sudah banyak wisatawan yang hiking ke gunung api purba, jadi aku pede-pede aja untuk melakukan hiking seorang diri. (Dan parahnya aku juga lupa untuk membawa air minum :v jadi agak setengah mampus di atas) 

Saat pembelian tiket, aku sempet ngobrol sedikit dengan petugasnya, puncak gunung api purba setinggi 760 mdpl. Dibutuhkan waktu sekitar 1-2 jam an (tergantung kondisi fisik masing-masing) untuk sampai ke puncak. 

Aku mulai naik seorang diri, to be honest, saat itu aku masih berfikir kalau masih terdapat banyak wisatawan yang ada di atas (lol). Di awal perjalanan, aku sempat bertemu rombongan keluarga yang masih asik foto di bagian spot foto. Aku jalan naik terus, dengan bermodal papan petunjuk pemberitahuan dan jalan setapak yang aku jadikan sebagai penuntun. 

Semakin aku naik, semakin aku kagum dengan bebatuan dan tebing-tebing yang ada di sana. Udara cukup sejuk, dan menurutku, untuk seorang pemula track hiking di sana sangat-sangat bersahabat. Belum lagi kita disuguhkan dengan pemandangan indah yang membuat kita bisa melihat semua pemandangan di bawah. 

Awalnya, aku tidak berniat untuk hiking sampai puncak, karena saat itu aku takut aku terlalu lambat dan justru sampai di puncak Maghrib. Tapi ternyata, aku hanya perlu waktu sekitar 1 jam untuk sampai di puncak, (mungkin karena jiwa primata yang masih melekat dalam sanubariku). Aku masih bisa lompat - lompat, padahal lidah sudah menjulur kehausan. 

Gunung Api Purba Ngelarangan Yogyakarta



Pemandangan puncak gunung api purba benar-benar sangat indah. Di sini, semua rasa lelah, pegal, seakan terbayar sudah. Semilir angin benar-benar menyambut kita saat kita berada di puncak. Belum lagi kibaran bendera merah putih di puncak gunung api purba.  Keren! Kalian sama sekali tidak akan menyesal berkunjung ke tempat ini :) 

Saat aku berisitirahat di puncak, aku baru tersadar, kalau selama pendakian, aku sama sekali tidak menemukan satupun wisatawan lain. Mendengar suaranya pun tidak. (Aku pernah melakukan pendakian sebelumnya, biasanya aku masih mendengar suara orang samar- samar, sekalipun posisinya jauh).

Dan selama perjalanan turun, aku juga tidak berpapasan dengan satupun orang. Untuk Gunung Api purba, track untuk turun melewati jalur yang berbeda, hati hati saat kembali dari puncak, karena jika kalian lengah, kalian bisa salah masuk jalur. 

Perjalanan turun dari gunung api purba aku tempuh dengan waktu sekitar empat puluh menit. Dan lagi, jalur kalian di awal pendakian dan turun berbeda, jadi saat aku kembali, aku datang dari bagian kiri pintu penjagaan. Sedangkan di awal pendakian aku masuk melalui sisi kanan pintu penjagaan. 

Ada satu hal, yang akan selalu aku ingat mengenai gunung api purba. Saat turun aku baru tersadar jika aku berada dalam hutan seorang diri, tanpa membawa bekal apapun. 

Ketika sampai di pos, semua penjaga bertanya, kira-kira percakapannya seperti ini. 

"Naik sampai mana Mbak?" 

"Puncak," ujarku. 

Mereka semua melotot, "Edan, sendirian!" 

Aku tersenyum meringis, aku bukan berani, tapi aku hanya tidak tahu jika wisatawan yang tersisa hanya diriku :)


.
.
.
.

Sekian, sharing pengalaman yang bisa kubagikan! Jangan lupa untuk berkunjung ke sini ya! 

Ceritaku : Melewati Spiritual Awakening Pertamaku

Postingan ini lebih ke sharing pengalaman, karena aku yakin banyak orang yang mengalami hal serupa dan aku harap ada pelajaran yang dapat kita petik dari semua ini. 

 

Secara pengertian, spiritual awakening atau biasa juga disebut sebagai Pencerahan adalah "pemahaman penuh dari suatu situasi". Istilah ini biasanya digunakan untuk menunjukkan Zaman Pencerahan (wikipedia, 2020)

 

 

Spritual Awakening
Spritual Awakening

Kebangkitan spiritualku terjadi pada bulan mei 2020. Semua berawal saat keadaan memaksaku untuk memiliki jarak dengan teman-teman bahkan keluargaku. Posisi itu membuat aku benar-benar sendiri, aku disconnect dari dunia luar dan seluruh perhatianku hanya terfokus pada diriku.

Saat itu aku dipaksa untuk membuka mataku. Ibarat kalian tertidur dan dibangunkan, kalian dipaksa melihat semuanya dengan jelas. Semua rekaan hidup kalian seperti diperlihatkan kembali. Kalian diberikan cermin untuk melihat siapa diri kalian dan apa saja kesalahan yang kalian lakukan selama ini. Hati kalian dibuka, hingga kalian dapat mengetahui luka jiwa apa yang selama ini kalian sembunyikan. Kalian juga diberikan lensa yang lebih jernih, untuk melihat seperti apa kehidupan dan siapa sebenarnya orang-orang di sekitar kalian.

Tentu hal ini tidak berjalan dengan baik. Mulanya, aku merasa kacau. Aku menangis hampir setiap hari. Aku mengalami mimpi berulang kali, kadang berupa kata-kata yang kuingat hingga aku bangun, kadang hanya berupa pertemuan, kadang pula hanya di hadapkan pada keadaan yang membuatku mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan orang yang hadir dalam mimpiku. Aku perlu membatasi interaksiku dengan orang lain karena aku terlalu mudah menyerap dan merasakan emosi mereka.

Posisinya seperti : kalian harus melihat apa yang selama ini tidak ingin kalian lihat. kalian harus melepaskan apa yang pada kenyatannya tidak cukup baik lagi untuk kalian—sesuatu yang menahan kalian untuk terus berkembang. Hal itu diperburuk karena aku masih berusaha untuk memperbaiki keadaan, aku masih menyangkal. Egoku masih terlalu besar untuk memperjuangkan apa yang aku inginkan, bukan mengerti apa yang sebenarnya aku butuhkan. 

 

Dan saat berada pada keadaan tersebut, satu-satunya hal terbaik yang dapat kalian lakukan hanya mendekat kepada Tuhan. Perbaiki hubunganmu dengan-Nya, curahkan semua yang kalian rasakan, dan percayakan semua kepada Tuhan. Sekalipun kalian tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, kalian merasa tidak nyaman,  tapi percayalah itu jalan terbaik yang dapat kalian lakukan.

 

Saat itu, aku berhenti untuk berusaha mengendalikan keadaan. Aku membiarkan semua mengalir dan mengikuti alur permainan semesta. Apa yang akan hancur, aku biarkan hancur. Apa yang harus menghilang, akan kubiarkan menghilang. Dua-tiga bulan, masa itu benar-benar gelap. Aku hanya mencoba untuk terus mengenali diriku dan berdamai dengan keadaan.


Perlahan aku mengerti, bahwa pengenalan dan pencarian ke dalam diri sendiri  jauh lebih penting dibanding pencarian ke luar. Pengembangan jiwa, lebih berharga dibanding kebutuhan-kebutuhan duniawi. Dan aku sadar, tujuan hidup bukan perihal apa yang ingin aku raih dan aku dapatkan, jauh dari itu, tujuan hidup juga menyangkut apa yang dapat aku berikan, mengapa aku berada di sini, dan apa alasan Tuhan memberikan semua ini dalam hidupku


Dan akhirnya, fase tersebut berakhir. Dimulai dengan pengendalian emosiku yang lebih stabil, aku mulai mengerti setiap alasan dari kejadian yang harus terjadi dalam hidupku. Aku mengerti mengapa aku harus di hadapkan pada kondisi yang sulit. Jalan hidupku, apa yang terjadi, semuanya benar-benar seperti rantai yang terhubung satu sama lain.

Apa yang kualami, adalah apa yang harus kulewati, untuk pengembangan diriku menjadi aku yang lebih baik dari aku di masa lalu.

Teruntuk kalian yang tengah mengalami hal seperti ini, aku ingin menyampaikan, bahwa semua akan terlihat keruh di awal, semua mungkin tidak terlihat masuk akal, dan hal itu  wajar, sangat normal.  

Semua luka dan kekeliruan kalian akan terbuka satu demi satu. Kalian dapat melihat siapa sebenarnya orang di sekitar kalian. Termasuk jika kalian mencoba berbohong pada diri sendiri, itu tak akan berhasil, karena cermin besar memberikan refleksi terang-terangan tentang apa yang selama ini tidak bisa kalian lihat. 

Mendekatlah kepada Tuhan, terima semua yang terjadi dan terbukalah pada diri kalian. Setelahnya, percayakan semuanya kepada garis takdir. Apa yang akan kalian dapatkan setelahnya, tak akan dapat dibayar dengan apapun. Semua sangat berharga.

Menurut pendapatku pribadi, kesadaran dan pengenalan diri tidak ditentukan oleh umur seseorang. Sangat memungkinkan, bila seorang manusia justru sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk mengalami pengembangan jiwa selama mereka hidup. Beruntunglah jika kalian melaluinya, selamat memasuki pola hidup yang baru dan selamat memandang kehidupan dengan lensa yang berbeda sekarang.

 

 

Sampai Jumpa! :)